Memangmenanam bawang merah akan baik jika ditanam dengan suhu yang cukup hangat. Biasanya antara 23 hingga 32 derajat celcius, jika dibawah itu akan menghasilkan umbi kecil dan sedikit. Waktu penanaman sebaiknya dilakukan saat musim kemarau dimana cahaya matahari cukup untuk proses fotosintesis tumbuhnya tanaman. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Umbi mini asal true shallot seed TSS dapat menghasilkan umbi-umbi berukuran besar dengan kualitas yang baik. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/ bibit bawang merah asal TSS dengan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dataran rendah Subang dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dua faktor dengan dua ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis media tanam arang sekam, kompos, arang sekam + tanah 11, arang sekam + kompos 11, arang sekam + kompos +tanah 111, dan aplikasi pupuk NPK 0, 100, 200, dan 300 kg/ha. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0–100 kg/ha merupakan teknik yang paling baik dalam memproduksi umbi mini di dataran rendah Subang dengan produksi umbi mini bobot segar 4–5 g/umbi sebanyak 141–158 per m2. Implikasi penelitian adalah umbi mini asal TSS dapat dikembangkan sebagai sumber benih yang lebih sehat dan lebih mudah penanganannya di penyimpanan dan pengangkutan daripada umbi biasa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 239Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seed Dengan Jenis Media Tanam dan Dosis NPK yang Tepat di Dataran Rendah Production Technique of Shallot Bulblet from True Shallot Seedby the Appropriate Types of Growing Medium and NPK Fertilization Doses in the LowlandsRosliani, R1, Hilman, Y2, Hidayat, IM1, dan Sulastrini, I11 Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu 517, Lembang, Bandung Barat 403912 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jl Ragunan 29A, Pasar Minggu Jakarta 12540 E-mail rinirosliany Naskah diterima tanggal 12 Agustus 2014 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 22 September 2014ABSTRAK. Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Umbi mini asal true shallot seed TSS dapat menghasilkan umbi-umbi berukuran besar dengan kualitas yang baik. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/ bibit bawang merah asal TSS dengan jenis media tanam dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di dataran rendah Subang dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dua faktor dengan dua ulangan. Perlakuan terdiri atas jenis media tanam arang sekam, kompos, arang sekam + tanah 11, arang sekam + kompos 11, arang sekam + kompos +tanah 111, dan aplikasi pupuk NPK 0, 100, 200, dan 300 kg/ha. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0–100 kg/ha merupakan teknik yang paling baik dalam memproduksi umbi mini di dataran rendah Subang dengan produksi umbi mini bobot segar 4–5 g/umbi sebanyak 141–158 per m2. Implikasi penelitian adalah umbi mini asal TSS dapat dikembangkan sebagai sumber benih yang lebih sehat dan lebih mudah penanganannya di penyimpanan dan pengangkutan daripada umbi Allium cepa var. Ascalonicum; Biji botani; Daya tumbuh; Arang sekam; Kompos; Tanah; Cara tanam langsungABSTRACT. Seed is one of the factors that determine the productivity of the plant. Bulblets from true shallot seed TSS can produce large bulbs with good quality. The objectives of this research is to get a bulblets production techniques/seedlings of shallots from TSS by the appropiate types of growing medium and NPK fertilizer doses in the lowlands. The experiment was conducted in lowland Subang from May to August 2013. The experimental design used was a factorial randomized block design two factors with two replications. Treatments consists of the type of growing medium rice husk charcoal, compost, rice husk charcoal+ soil 1 1, rice husk charcoal + compost 1 1, rice husk charcoal + compost + soil 111 and NPK fertilizer application 0, 100, 200, and 300 kg/ha. The results showed that the rice husk charcoal + compost + soil and NPK fertilizer 0–100 kg / ha was the best technique in producing bulblets fresh weight 3–4 g/bulb as much as 141–158 bulblet per m2 in the lowlands Subang. Implications of the study is the bulblets from TSS can be developed as a source of seed that is healthier and easier handling in storage and transport than common Allium cepa var. ascalonicum; True shallot seed; Germination; Rice husk charcoal; Compost; Clay soil; Direct seeding methodBenih merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman. Selain dengan menggunakan umbi, perbanyakan tanaman bawang merah juga dapat menggunakan biji botani atau true shallot seed TSS sebagai sumber benih. Penggunaan biji botani bawang merah merupakan salah satu alternatif teknologi yang potensial dikembangkan untuk memperoleh benih bawang merah yang berkualitas. Menurut Permadi 1993 dan Rahim & Siddique 1990, penggunaan TSS sebagai benih dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan tanaman yang lebih sehat karena lebih sedikit mengundang penyakit layu fusarium ngoler, antraknosa Colletotrichum sp., bakteri, dan virus. Selain ketersediaan teknologi produksi benih TSS, masalah pokok TSS lainnya yang memerlukan pemecahan melalui penelitian adalah teknologi budidaya TSS untuk produksi umbi bibit. Menurut Putrasamedja 1995, benih TSS rerata hanya menghasilkan 1–2 umbi. Oleh karena itu umbi yang dihasilkan langsung dari benih TSS sebaiknya hanya digunakan sebagai umbi bibit dengan ukuran yang kecil 2–3 g yang disebut umbi mini. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Sumarni et al. 2012 yang menyatakan bahwa penggunaan umbi mini selain dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas umbi bawang merah, juga mengurangi penggunaan benih umbi/bibit bawang merah per satuan luas. Menurut Stallen & Hilman 1991, penggunaan umbi berukuran > 5 g/umbi untuk bibit tidak ekonomis. Permadi 1993 melaporkan bahwa penggunaan umbi mini menghasilkan umbi berukuran lebih besar dan budidaya TSS untuk produksi umbi mini/bibit bergantung pada penanganan kultur teknisnya, seperti cara tanam/cara semai, populasi tanaman, pemupukan, dan pemeliharaan lainnya di lapangan Rahim et al. 1992. Beberapa penelitian J. Hort. 243239-248, 2014 240J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014untuk produksi umbi mini telah dilakukan oleh Sumarni et al. 2001, Rosliani et al. 2002, Sumarni et al. 2002, serta Sumarni et al. 2005. Umumnya teknik memproduksi umbi mini dilakukan dengan penanaman biji secara langsung di lapangan atau bedengan persemaian dengan berbagai kerapatan tanaman per satuan luas. Penggunaan kerapatan tanaman 3 g/m2 serta penggunaan naungan plastik transparan dan mulsa sekam padi mampu menghasilkan persentase umbi mini paling tinggi Rosliani et al. 2002, namun jumlah umbi mini per satuan luas yang dihasilkan masih sangat rendah. Hal ini disebabkan banyak biji yang tidak tumbuh maupun yang tidak membentuk umbi. Sumarni et al. 2012 melaporkan bahwa penggunaan naungan plastik putih transparan dari awal semai sampai panen dapat mengatasi pengaruh negatif lingkungan terhadap pertumbuhan bawang merah asal TSS sehingga mampu menghasilkan produksi umbi yang tinggi dibandingkan dengan tanpa naungan. Produksi umbi asal TSS pada jenis tanah Andisol yang subur umumnya tidak menghasilkan umbi mini tetapi umbi berukuran besar sebagaimana yang dilaporkan oleh Sumarni & Rosliani 2010. Rerata ukuran umbi yang diproduksi adalah umbi berukuran > 5 g. Menurut Thanunathan et al. 1997 dalam Bendegumbal 2007, jenis media tanam dapat memengaruhi besarnya ukuran umbi bawang merah. Media bukan tanah atau campurannya dengan tanah umumnya menghasilkan umbi yang lebih kecil daripada media tanah. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Sumarni et al. 2001, Rosliani et al. 2002, Sumarni et al. 2002, Sumarni et al. 2005 dengan menggunakan media pasir dan/atau arang sekam secara hidroponik namun produksi umbi mini per satuan luas masih rendah. Masih banyak media tanam bukan tanah yang perlu diteliti untuk produksi umbi bibit bawang merah berukuran mini yang cocok untuk dikembangkan. Selain media tanam, komposisi hara yang tepat juga menentukan produksi dan ukuran umbi yang dihasilkan Thanunathan et al. 1997 dalam Bendegumbal 2007. Menurut El-Naggar & El-Nasharty 2009, dosis pemupukan tinggi NPK 19-19-19 5 g/tanaman meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan umbi. Namun sebaliknya Brewster et al. 1991 melaporkan bahwa umbi mini dapat dihasilkan dengan pemberian dosis pemupukan rendah terutama N. Hasil penelitian Sumarni et al. 2002, 2005 dan Sumarni & Rosliani 2010 juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk yang tepat untuk produksi umbi mini masih belum diperoleh karena umumnya umbi yang dihasilkan masih berukuran > 5 g. Selama ini, penelitian untuk mendapatkan teknik produksi umbi mini umumnya dilakukan di dataran tinggi. Hasil observasi di dataran tinggi yang bersuhu rendah menunjukkan bahwa perkembangan tanaman lebih didominasi oleh pertumbuhan daun dan waktu panen lebih lama yaitu rerata > 3 bulan. Kemungkinan pembentukan umbi dipengaruhi oleh suhu yang lebih tinggi. Oleh karena itu pemilihan lokasi penanaman untuk produksi umbi mini dapat dicoba di dataran rendah yang bersuhu tinggi. Informasi teknik produksi umbi mini asal TSS di dataran rendah masih terbatas. Tujuan penelitian yaitu mendapatkan teknik produksi umbi mini/bibit bawang merah asal TSS dengan modikasi komposisi media dan dosis pupuk NPK yang tepat di dataran rendah. Hipotesis yang diajukan adalah komposisi media dan dosis pupuk NPK yang tepat dapat menghasilkan produksi umbi mini bawang merah yang tinggi di dataran rendah. Campuran media tanam dengan struktur gembur dapat menghasilkan umbi mini lebih banyak dibandingkan media tanam yang sarang maupun media tanam yang padat. Pemberian pupuk NPK dosis rendah lebih banyak memproduksi umbi mini daripada pupuk NPK dosis DAN METODEPenelitian dilakukan di dataran rendah Subang dengan ketinggian tempat 100 m dpl. dari bulan April sampai dengan Juli 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor pertama jenis media A yang terdiri atas 1 arang sekam, 2 kompos, 3 arang sekam + tanah 11, 4 arang sekam + kompos 11, 5 arang sekam + kompos +tanah 111, dan faktor kedua merupakan aplikasi pupuk NPK 16-16-16 B terdiri atas 1 0, 2 100, 3 200, dan 4 300 kg/ha. Dengan demikian ada 20 kombinasi perlakuan yang diulang dua kali dan total ada 40 satuan percobaan. Luas satuan percobaan adalah 1 m2 netto dan total luas satuan percobaan sekitar 40 m2 netto atau 100 m2. Varietas TSS yang digunakan untuk pengujian teknologi produksi umbi mini adalah Bima Brebes dengan umur simpan 1,5 tahun. Kebutuhan benih TSS yang digunakan yaitu 3 g/m2 populasi sekitar 750 biji dengan total kebutuhan benih sekitar 120 g. Biji/TSS ditanam langsung pada bedengan yang diberi naungan plastik putih transparan. Lebar bedengan 1,2 m dengan tinggi sekitar 30 cm. Media tanam dihamparkan di atas permukaan bedengan dengan ketebalan 10 cm. Bahan kompos berasal dari kotoran domba yang telah dikomposkan matang dengan ciri aroma tidak berbau amoniak, struktur gembur, dan warna cokelat tua. Tanah yang digunakan adalah jenis Latosol dengan kandungan liat cukup tinggi >60%. 241Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Pupuk NPK 16-16-16 diberikan dua kali dengan cara disiramkan merata ke seluruh bedengan pada umur 4 dan 6 minggu setelah tanam MST. Biji/TSS ditanam pada alur tanam dengan jarak antaralur 5 cm yang kemudian ditutup karung goni atau daun pisang dan dibuka setelah berkecambah. Pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan yang dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Media dijaga supaya tetap lembab. Untuk mengendalikan hama dipasang perangkap kuning dan insektisida selektif, sedangkan untuk mencegah serangan penyakit digunakan fungisida selektif seminggu sekali. Pengamatan meliputi persentase benih yang tumbuh pada umur 10 hari setelah tanam HST yaitu jumlah benih yang berkecambah dari banyaknya biji yang ditanam, persentase populasi tanaman yang hidup umur 28 dan 56 HST yaitu jumlah tanaman yang masih bertahan hidup dari banyaknya biji yang ditanam hingga umur 28 dan 56 HST, tinggi tanaman yaitu pengukuran tanaman dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi cm, produksi umbi segar per petak jumlah umbi yaitu banyaknya umbi yang dihasilkan dari satu petak perlakuan, bobot umbi yaitu berat umbi total dari satu petak perlakuan, ukuran umbi yaitu rerata bobot umbi individu per perlakuan. Analisis ragam pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan program statistical analysis system SAS dengan uji lanjut menggunakan DMRT Duncan Multiple Range Test pada α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASANDaya Tumbuh dan Populasi Tanaman yang HidupPengamatan daya tumbuh dilakukan setelah biji yang disemai berkecambah serempak pada berbagai perlakuan pada umur 10 HST. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis media tanam dengan pemupukan dosis NPK terhadap persentase daya tumbuh. Pada Tabel 1 terlihat bahwa secara independen jenis media tanam yang digunakan berpengaruh nyata terhadap persentase daya tumbuh TSS di lapangan. Media tanam arang sekam mempunyai persentase daya tumbuh tertinggi yaitu rerata 83,42% yang berbeda nyata dengan media kompos 77,72% dan campuran arang sekam + tanah 63,50%. Namun persentase daya tumbuh pada perlakuan media arang sekam tidak berbeda nyata dengan persentase daya tumbuh pada perlakuan campuran arang sekam + kompos 83,25% maupun campuran media arang sekam + kompos + tanah 81,17%. Dari data tersebut terlihat bahwa media tumbuh dengan struktur yang sarang atau ringan seperti media arang sekam tampaknya mempermudah perkecambahan biji TSS. Semakin sarang atau ringan media maka semakin tinggi daya tumbuh TSS seperti terlihat pada Tabel 1 yaitu perlakuan media yang mengandung arang sekam lebih tinggi persentase daya tumbuhnya. Menurut Resh 1985, arang sekam memiliki ciri-ciri sebagai berikut permukaan kasar sehingga sirkulasi udara tinggi banyak pori dan kapasitas menahan air tinggi, struktur sangat ringan berat jenis = 0,2 kg/l, berwarna hitam sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Berbeda dengan media-media yang berstruktur lebih berat seperti tanah atau kompos yang mempunyai daya tumbuh yang lebih rendah, yang diduga disebabkan karena media yang agak berat seperti tanah/kompos menghambat perkembangan kecambah. Hal ini terlihat pada perlakuan media dengan campuran arang sekam + tanah yang memiliki persentase daya tumbuh TSS paling rendah 63,50% dan juga media kompos saja 77,72%. Persentase daya tumbuh benih TSS pada umur 10 HST tidak dipengaruhi oleh pemupukan NPK karena NPK belum diaplikasikan sampai umur 21 HST. Rerata persentase daya tumbuh pada perlakuan pemupukan berkisar antara 76–78%. Biji bawang merah/TSS yang disemai atau ditanam pada luasan lahan 1 m2 dengan volume 3 g berisi sekitar 750 biji/TSS. Jika dihitung berdasarkan jumlah biji 750 per luasan 1 m2 maka tanaman asal TSS yang bertahan hidup sampai umur 28 HST bervariasi bergantung pada perlakuan media tanam maupun dosis NPK yang diaplikasikan seperti yang disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara jenis media tanam dengan pemupukan dosis NPK terhadap populasi tanaman bawang merah asal TSS pada umur 28 dan 56 HST. Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa populasi tanaman pada umur 28 HST sangat dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman sampai umur 28 HST adalah media kompos sebanyak 68,17%, disusul oleh campuran media arang sekam + kompos + tanah dan arang sekam + kompos masing-masing sebanyak 59,98% dan 54,92%, sedangkan pada perlakuan arang sekam + tanah dan arang sekam saja populasi tanaman yang masih bertahan berturut-turut sekitar 28,97% dan 21,33%. Pada 10 HST daya tumbuh tanaman pada arang sekam paling tinggi, tetapi sebaliknya pada umur 28 HST populasi tanaman terendah. Hal ini disebabkan media arang sekam sebagai tempat tumbuh tanaman tidak dapat menunjang tanaman tegak berdiri, akar tanaman atau benih muncul keluar di permukaan media sehingga banyak tanaman yang rebah dan akhirnya 242J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014Tabel 1. Pengaruh media tanam dan pemupukan NPK terhadap persentase daya tumbuh dan populasi tanaman pada umur 28 dan 56 HST di dataran rendah Subang Effect of growing medium and NPK fertilization on percentage of germination and plant population in lowland SubangPerlakuan TreatmentsDaya tumbuh Germination, %Populasi tanaman Plant population, %10 HST DAP 28 HST DAP56 HST DAPMedia tanam Growing mediumArang sekam Rice husk charcoalKompos CompostArang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal +compost + clay soil83,42 a77,92 b63,50 c83,25 ab81,17 ab21,33 d 68,17 a28,97 c54,92 b59,98 b7,38 d 16,71 b9,59 c17,80 b21,30 aPemupukan NPK NPK fertilization0 kg/ha100 kg/ha200 kg/ha300 kg/ha76,47 a76,80 a78,07 a78,13 a48,44 a48,93 a49,69 a39,63 a15,60 a14,48 a14,35 a13,79 aKK CV , % 15,73 11,97 17,68KOMPOSARANG SEKAMARANG SEKAM + TANAHARANG SEKAM + KOMPOSARANG SEKAM + KOMPOS + TANAHGambar 1. Pertumbuhan tanaman bawang merah asal TSS pada umur 28 HST pada berbagai media tanam Growth of shallot at 28 DAP plant from TSS in different growing mediamati. Berbeda dengan media yang agak padat seperti tanah maupun kompos, akar tanaman tidak keluar di permukaan media sehingga tidak banyak tanaman yang rebah. Populasi tanaman menurun pada umur 56 HST dan banyaknya populasi tanaman yang bertahan juga dipengaruhi oleh jenis media tanam. Pada umur tersebut media tanam yang paling baik adalah campuran arang sekam + kompos + tanah sebanyak 21,30%. Media tanam tersebut mempunyai komposisi yang paling tepat untuk perkembangan akar tanaman terutama ditinjau dari kegemburan media. Adanya arang sekam dan kompos pada komposisi media tersebut dapat mengurangi kepadatan media dan membentuk aerasi yang cukup sehingga akar berkembang lebih baik. Adanya tanah pada komposisi media tersebut mengakibatkan tanaman tidak mudah rebah karena perakaran tidak mudah terangkat ke atas permukaan media. Pada umur 56 HST, populasi tanaman yang hidup paling sedikit terjadi pada media arang sekam. Media ini paling banyak tanaman yang rebah dan akhirnya mati. Arang sekam memiliki struktur ringan sehingga tidak dapat menopang tanaman dan perakaran berkembang di atas permukaan media. Penambahan tanah sebagai campuran arang sekam pada perlakuan media arang sekam + tanah menyebabkan media tidak terlalu sarang, sehingga tanaman yang tumbuh tidak banyak yang rebah, perakaran berkembang di dalam media, tidak di atas permukaan media. 243Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Pada umur 56 HST, pembentukan umbi telah cukup optimal tetapi belum cukup waktu panen Gambar 2. Tampaknya perakaran tanaman yang tidak masuk ke media menyebabkan akar tidak dapat menopang batang dan daun tanaman sehingga tanaman banyak yang rebah pada berbagai perlakuan media. Untuk mencegah masalah tersebut sebaiknya sampai umur 28 HST setiap minggu, perakaran tanaman ditutup media lagi. Pemupukan NPK dengan berbagai dosis juga tidak berpengaruh nyata terhadap populasi tanaman yang hidup pada umur 28 dan 56 HST. Rerata populasi tanaman yang hidup pada umur 28 dan 56 HST berturut-turut adalah 39,63 – 49,69% dan 13,79 – 15,60%. Namun, ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis semakin tidak esien penggunaan pupuk NPK untuk tanaman bawang merah asal TSS tersebut. Pertumbuhan TanamanHasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis media tanam dengan pemupukan NPK yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah. Pada Tabel 2 terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman sangat berbeda antara kombinasi perlakuan media tanam dengan dosis NPK. Jenis media tanam sangat nyata memengaruhi kesuburan pertumbuhan tanaman yang tercermin dari peubah tinggi tanaman. Hasil serupa juga dilaporkan oleh Nabih et al. 1987 bahwa media tanam yang lebih sarang/gembur menghasilkan pertumbuhan yang lebih subur daripada media tanah liat pada tanaman irish yang berumbi. Pada percobaan ini media yang cukup gembur seperti kompos sangat jelas memiliki pertumbuhan yang paling subur dengan tinggi tanaman antara 15,5–17,7 cm, disusul oleh media arang sekam+kompos 13,9–15,1 cm, arang sekam + kompos +tanah 9,6–11,5 cm, arang sekam 8,8–10,8 cm, dan arang sekam + tanah 2,8–4,7 cm yang sejalan dengan urutan banyaknya populasi tanaman yang hidup. Pertumbuhan tanaman yang berbeda juga dapat dilihat pada Gambar 1. Namun hasil yang berbeda dilaporkan oleh Taha 2012 yaitu jenis media tanam gembur/liat tidak selalu menghasilkan perbedaan pertumbuhan vegetatif seperti pada tanaman irish yang berumbi. Selanjutnya terlihat pada berbagai media tanam, semakin tinggi dosis NPK semakin tinggi pertumbuhan tanamannya. Hal ini berbanding terbalik dengan populasi tanamannya yang semakin tinggi dosis NPK semakin rendah populasi tanaman yang hidup. Tampaknya pemupukan NPK meningkatkan kesuburan tanaman sehingga pertumbuhan tanaman semakin tinggi dengan daun yang besar. Pertumbuhan tanaman yang subur ini tidak ditunjang oleh perakaran yang kuat menembus media tanam tetapi perakaran berada di atas permukaan media tanam, sehingga banyak yang rebah akibatnya banyak tanaman yang mati. Pada umur 56 HST, umumnya tinggi tanaman pada berbagai media tanam juga berbeda nyata antar kombinasi perlakuan, Gambar 2. Pertumbuhan tanaman bawang merah asal TSS pada umur 56 HST pada perlakuan media arang sekam + kompos + tanah dengan berbagai dosis NPK Growth of shallot from TSS at 56 DAP in treatment of rice husk charcoal + compost+ clay soil media with a various doses of NPK NPK 200 kg/haNPK 100 kg/haNPK 0 kg/haNPK 300 kg/ha 244J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014namun yang paling mencolok adalah media arang sekam + tanah yang sangat berbeda nyata dengan media tanam yang lainnya. Terlihat bahwa campuran media tanam arang sekam dan tanah 11 v/v dimana kandungan liat media adalah tinggi umumnya menunjukkan pertumbuhan paling kerdil yang diduga tekstur liat menghambat perkembangan perakaran. Menurut Brewster 1990, penyebaran dan tingkat perkembangan akar pada bawang-bawangan adalah sangat penting dalam memengaruhi pertumbuhan dan pembentukan umbi. Pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah asal TSS pada media tanam arang sekam dan tanah liat tetap kerdil meskipun diberi pupuk NPK Tabel 2. Tanah liat umumnya miskin unsur hara, memiliki pH serta KTK rendah. Tanah liat juga memiliki struktur tidak gembur yang dapat menghambat dan perkembangan akar tanaman bawang pupuk tidak meningkatkan perbaikan pertumbuhan tanaman karena diduga hara yang ditambahkan tidak terserap oleh akar tanaman. Menurut El-Naggar & El-Nasharty 2009, pada tanaman amarilis media tanam berupa tanah dengan tekstur liat baik tanpa maupun dengan pupuk juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan vegetatifnya. Sebaliknya media kompos tanaman atau campurannya dengan tanah berpasir dengan pemberian pupuk NPK yang tinggi memberikan pertumbuhan yang subur. Struktur media yang gembur pada media kompos dan campurannya menghasilkan aerasi dan drainase yang baik untuk perkembangan akar dan menjaga kelembaban tanah yang ideal untuk pertumbuhan tanaman. Pada percobaan ini, tanaman bawang merah yang paling subur juga terjadi pada media kompos dengan pemberian pupuk NPK yang tinggi. Kompos yang digunakan mengandung unsur N 0,75%, P2O5 0,5%, dan K2O 0,45% Lampiran 1. Dosis hara yang tinggi dapat meningkatkan ketersediaan nitrogen, fosfor, dan kalium yang tinggi sehingga meningkat penyerapannya oleh tanaman. Telah diketahui bahwa terutama nitrogen merupakan komponen dalam molekul klorol untuk pertumbuhan Umbi MiniHasil analisis sidik ragam menunjukkan secara independen perlakuan jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap ukuran umbi, bobot umbi, dan jumlah umbi per m2. Pada Tabel 3 terlihat bahwa rerata ukuran umbi segar yang dihasilkan pada berbagai jenis media umumnya di bawah 5 g, kecuali pada media kompos yang rerata berukuran 6,48 g. Umbi pada media arang sekam, arang sekam + kompos, dan arang sekam + kompos + tanah memiliki bobot yang sama sekitar 4 g, sedangkan yang paling kecil ukurannya adalah pada media arang sekam + tanah yang sebenarnya hampir tidak membentuk umbi hanya sedikit membengkak. Data tersebut menunjukkan bahwa media tanam yang mempunyai struktur padat yang berasal dari tanah yang bertekstur liat tidak menghasilkan produksi umbi asal biji sejalan dengan pertumbuhan vegetatif tanamannya yang tidak berkembang Tabel 1 dan 2. Bobot umbi per plot pada berbagai jenis media tanam berbeda nyata. Bobot umbi per plot tertinggi terdapat pada perlakuan arang sekam + kompos + tanah seberat 649,38 g per plot 1 m2 yang disebabkan karena jumlah umbi per plot nya juga tinggi yaitu 115,4 umbi. Bobot umbi per plot ini berbeda nyata satu sama lain di antara perlakuan jenis media. Bobot umbi segar per plot pada masing-masing media lainnya berurutan dari yang paling tinggi sampai terendah yaitu kompos 420,75 g, arang sekam + kompos 338,29 g, arang sekam 140,41 g, dan arang sekam + tanah 30,43 g. Jumlah umbi per plot antara media kompos 50,34 umbi dan media arang sekam + kompos 50,6 umbi berbeda nyata dengan jumlah umbi per plot pada media arang sekam 22,6 umbi dan arang sekam + tanah 18,1 umbi. Sebenarnya perlakuan arang sekam + tanah hampir tidak membentuk umbi tetapi hanya membengkak seperti bawang NPK pada berbagai dosis hanya berpengaruh nyata terhadap ukuran umbi, sedangkan terhadap bobot umbi per plot tidak berpengaruh nyata. Pemupukan NPK dengan dosis 100 kg/ha menghasilkan umbi bawang merah asal TSS seberat 2,98 g yang berbeda nyata dengan dosis NPK lainnya yang memiliki bobot seberat 3,7 – 4,64 g/umbi. Bobot umbi per plot tidak dipengaruhi oleh dosis NPK yang diaplikasikan. Dari data ukuran umbi, bobot per plot, dan produksi umbi mini tanpa pupuk NPK lebih esien dibandingkan dengan menggunakan pupuk NPK. Ada interaksi antara perlakuan jenis media dengan dosis pupuk NPK terhadap jumlah umbi per plot Gambar 3. Media arang sekam + kompos + tanah dengan dosis NPK 0–100 kg/ha memberikan jumlah umbi mini yang paling banyak 141–158 umbi dan berbeda nyata dengan perlakuan jenis media dan pemupukan NPK lainnya. Tampaknya media tanam yang gembur berasal dari campuran arang sekam + kompos + tanah merupakan komposisi media yang ideal untuk pengumbian bawang merah asal TSS dengan ukuran mini. Hasil serupa pada tanaman iris berumbi lapis yang dilaporkan oleh Nabih et al. 1987 menunjukkan bahwa media tanam dengan struktur gembur berupa kompos dengan tanah yang bertekstur liat sedang, menghasilkan pengumbian yang lebih cepat dan meningkatkan produksi bulbet/umbi mini dibandingkan media bertekstur liat ataupun media tekstur berpasir. 245Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...Tabel 2. Pengaruh media tanam dan pemupukan NPK terhadap tinggi tanaman bawang merah di dataran rendah Subang Effect of growing medium and NPK fertilization on plant height of shallot in lowland SubangMedia tanam Plant mediaNPK kg/ha Rerata Average0 100 200 30028 HST DAPArang sekam Rice husk charcoal Kompos Compost Arang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal + compost + clay soil8,8 i15,5 bc2,8 k13,9 e9,6 hi9,4 hi16,2 b2,6 k14,6 cde9,7 hi10,8 fg17,0 ab3,0 k14,3 d10,1 gh10,4 g17,7 a4,7 j15,1 cd11,5 f9,9 b16,6 a3,3 c14,5 ab8,2 bRerata Average10,1 a 10,5 a a 11,9 aKK CV, % 13,6156 HST DAPArang sekam Rice husk charcoal Kompos CompostArang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal + compost + clay soil30,8 e37,9 ab13,2 g36,1 bcd34,8 d32,5 e35,3 cd12,7 g37,2 abc36,0 cd35,9 bcd38,7 a13,9 fg37,3 abc35,2 cd34,8 d35,6 cd15,8 f36,3 bc35,9 bcd33,5 a36,9 a13,9 b36,7 a35,5 aRerata Average30,6 a 30,7a 32,2 a 31,7 aKK CV, % 12,84Tabel 3. Pengaruh media tanam dan pemupukan NPK terhadap ukuran umbi dan bobot umbi per plot bawang merah asal TSS di dataran rendah Subang Effect of growing medium and NPK fertilization on bulb size and bulb weight per plot of shallot in lowland SubangPerlakuan TreatmentsUkuran umbi Bulb size, gBobot umbi per plot Bulb weight per plot, g/m2Media tanam Growing mediumArang sekam Rice husk charcoalKompos Compost Arang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal +compost + clay soil4,23 b6,48 a 1,65 c*4,41 b3,99 b140,41 d420,75 b30,43 e*338,29 c649,38 aPemupukan NPK NPK fertilization0 kg/ha100 kg/ha200 kg/ha300 kg/ha3,96 a2,98 b4,64 a3,70 a320,56 a281,26 a348,52 a313,06 aKK CV, % 14,89 20,10* tidak membentuk umbi hanya membengkak [do not form bulbs just swell] 246J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014Tabel 4. Interaksi antara jenis media tanam dengan dosis NPK terhadap jumlah umbi mini di dataran rendah Subang Interaction betwen kind of growing medium and dose of NPK on the amount betwen bulblet in lowland SubangMedia tanam NPK kg/ha Rerata Average0 100 200 300Arang sekam Rice husk charcoal Kompos CompostArang sekam + tanah Rice husk charcoal + clay soilArang sekam + kompos Rice husk charcoal + compostArang sekam + kompos + tanah Rice husk charcoal + compost + clay soil15,0 i56,5 de15,0 i23,5 hi141,0 a17,0 i41,0 fg20,0 hi33,5 gh158,5 a29,0 ghi54,0 def16,0 i66,0 cd82,5 b29,5 ghi50,0 ef21,5 hi79,5 bc79,5 bc22,6 c50,4 b18,1 c50,6 b92,3 aRerata Average 50,2 a 54 a 49,5 a 52 aKK CV, % 13,9Jumlah terendah dihasilkan pada media arang sekam + tanah dengan maupun tanpa pemupukan NPK. Penambahan pupuk NPK tidak mampu meningkatkan jumlah umbi per plot. Tampaknya media arang sekam + kompos + tanah liat tanpa pemupukan NPK lebih esien untuk memproduksi umbi mini baik jumlah maupun bobotnya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa untuk memproduksi umbi mini tidak diperlukan masukan pupuk yang tinggi bahkan sebaliknya tanaman tidak perlu atau hanya sedikit memerlukan tambahan pupuk. Tampaknya hara yang dibutuhkan untuk membentuk umbi mini cukup dari hara yang disediakan oleh media tanam Lampiran 1. Kandungan unsur kalium abu sekam lebih kurang sama dengan 30% K2O Soepardi 1983. Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Brewster et al 1991 bahwa untuk memproduksi umbi bibit mini dibutuhkan pupuk terutama N yang rendah, pada tanaman bawang bombay cukup 25 kg/ha. Pemberian N yang rendah dapat menghasilkan hard growth supaya umbi yang terbentuk berukuran kecil. Penambahan pupuk yang lebih banyak menyebabkan pertumbuhan vegetatif lebih subur Tabel 1 dan 2 sehingga umbi yang terbentuk juga jauh lebih besar Tabel 3. Menurut El-Naggar & El-Nasharty 2009 dosis pupuk NPK yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempercepat pertumbuhan umbi pada tanaman amarilis, hal ini disebabkan karena menurut Marschner 1995 bahwa pemberian pupuk NPK yang tinggi mempercepat pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan sintesis protein dan DAN SARAN1. Jenis media arang sekam + kompos + tanah 111 merupakan komposisi media yang paling ideal untuk memproduksi umbi mini di dataran rendah Pemupukan NPK dosis 100–300 kg/ha tidak memberikan pertumbuhan maupun produksi umbi mini yang tinggi. 3. Media arang sekam + kompos + tanah dengan pupuk NPK 0–100 kg/ha menghasilkan produksi umbi mini yang paling optimal di dataran rendah Subang yaitu 141–158 umbi per m2 dengan bobot segar 3–4 g/umbi .PUSTAKA1. Bendegumbal, SC 2007, Studies on effect of organics on seed yield and quality in onion Allium cepa L. cv. N-53, Tesis, Department of Seed Science and Technology College of Agriculture, Dharwad University of Agricultural Sciences, Dharwad – 580 005. 2. Brewster, JL 1990, Physiology of crop growth and bulbing’, in Rabinowitch, HD & Brewster, JL eds., Onions and allied crops, Florida CRC Press, Inc, pp. Brewster, JL, Rowse, HR & Bosch, AD 1991, The effect of sub-seed placement of liquid N and P fertilizer on the growth and development of bulb onions over a range of plant densities using primed and nonprime seed’, J. Hort. Sci., vol. 66, no. 5, pp. El-Naggar AH & AB El-Nasharty 2009, Effect of growing media and mineral fertilization on growth, owering, bulbs productivity and chemical constituents of Hippeastrum vittatum, Herb, Am-Euras, J. Agric. & Environ. Sci., vol. 6, no. 3, pp. Marschner, H 1995, Mineral nutrition of higher plants, Academic Press Limited, Nabih A, A El-Sayed & A Aly 1987, Effect of different soil media and fertilizer treatments on growth, owering, and bulb formation of iris bulbs cv. Ideal’, J. Agric. Res., vol. 13, pp. Permadi, AH 1993, Growing shallot from true seed, research result and problems’, Onion News Letter for the Tropics NRI United Kingdom, July 1993, vol. 5, pp. 35-38. 8. Putrasamedja, S 1995, Pengaruh jarak tanam terhadap pembentukan anakan pada kultivar bawang merah’, Bul. Penel. Hort., vol. XXVII, no. 4, pp. 87-92. 247Rosliani, R et al. Teknik Produksi Umbi Mini Bawang Merah Asal Biji ...9. Rahim, MA & Siddique, MA 1990, Research on onion in Bangladesh’, Onion Newsletter for The Tropics NRI United Kingdom, July 1990, no. 3, pp. Rahim, MA, Hakim, A, Begun & Islam, MS 1992, Score for increasing the total yield and fullling the demand from onions during the hermd the bulb to bulb set method of production’, Onion Newsletter for The Tropics NRI United Kingdom, July 1992, no. 4, pp. 4-6. 11. Resh, HM 1985, Hydroponic food production, Woodbridge Press Publishing Co., Rosliani, R, Sumarni, N & Suwandi 2002, Pengaruh kerapatan tanaman, naungan, dan mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi umbi mini bawang merah asal biji botani TSS’, J. Hort., vol. 12, no. 1, hlm. Stallen, MPK & Hilman, Y 1991, Effect of plant density and bulb size on yield and quality of shallots’, Bul. Penel. Hort., Edisi Khusus XX, no. 1, pp. Supardi, G. 1983, Sifat dan ciri tanah, IPB, Bogor. 15. Sumarni, N, Rosliani, R & Suwandi 2001, Pengaruh kerapatan tanaman dan jenis larutan hara terhadap produksi umbi mini bawang merah asal biji dalam kultur agregat hidroponik’, J. Hort., vol. 11, no. 3, hlm. Sumarni, N, Rosliani, R & Suwandi 2002, Pengaruh kerapatan tanaman dan konsentrasi larutan NPK 151515 terhadap produksi umbi mini bawang merah dalam agregat hidroponik’, J. Hort., vol. 12, no. 1, hlm. Sumarni, N, Sumiati, E & Suwandi 2005, Pengaruh kerapatan tanaman dan aplikasi zat pengatur tumbuh terhadap produksi umbi bibit bawang merah asal biji kultivar Bima’, J. Hort., vol. 15, no. 3, hlm. Sumarni, N & Rosliani, R 2010, Pengaruh naungan plastik transparan, kerapatan tanaman, dan dosis N terhadap produksi umbi bibit asal biji bawang merah, J. Hort., vol. 20, no. 1, hlm. Sumarni, N, Rosliani, R & Suwandi 2012, Optimasi jarak tanam dan dosis pupuk NPK untuk produksi bawang merah dari benih umbi mini di dataran tinggi’, J. Hort., vol. 22, no. 2, hlm. Taha, RA 2012, Effect of some soil types and some commercial foliar fertilizers on growth, owering, bulb productivity and chemical composition of iris plants’, Journal of Horticultural Science & Ornamental Plants, vol. 4, no. 2, pp. 221-6. 248J. Hort. Vol. 24 No. 3, 2014Lampiran 1. Kandungan unsur hara media tanam asal arang sekam, kompos dan tanah Latisol Content of growing medium nutrient from rice husk charcoal, compost, and Latisol soilJenis media Kind of mediaKandungan unsur hara Nutrient contentN total P2O5K2O Tanah Latisol Latisol soil0,18 % 5,6 ppm-Bray 1 52,7 ppm-MorganKompos Compost0,75 % 0,45 % 0,50 %Arang sekam Rice husk charcoal0,32 % 0,15 % 0,31 %Sumber Laboratorium Tanah dan Pupuk Balitsa Soil and Plant Laboratory of Balitsa ... Produksi cabai yang meningkat secara otomatis kebutuhan akan benih cabai juga meningkat. Benih berkualitas dipengaruhi oleh ekosistem Hilman et al., 2014, kultur teknis Dewi et al., 2018;Karo et al., 2018;Kurniasari et al., 2020;Palupi et al., 2015;Rosliani et al., 2012Rosliani et al., , 2014Sinaga et al., 2016, dan juga Teknik prosesing Gunarta et al., 2014;Krestini et al., 2017;Rahayu et al., 2017;Yuniarti et al., 2013. Pada prosesing benih cabai secara manual, buah cabai dapat diproses secara kering dan basah. ...... Produksi cabai yang meningkat secara otomatis kebutuhan akan benih cabai juga meningkat. Benih berkualitas dipengaruhi oleh ekosistem Hilman et al., 2014, kultur teknis Dewi et al., 2018;Karo et al., 2018;Kurniasari et al., 2020;Palupi et al., 2015;Rosliani et al., 2012Rosliani et al., , 2014Sinaga et al., 2016, dan juga Teknik prosesing Gunarta et al., 2014;Krestini et al., 2017;Rahayu et al., 2017;Yuniarti et al., 2013. Pada prosesing benih cabai secara manual, buah cabai dapat diproses secara kering dan basah. ... Chotimatul AzmiAstiti RahayuDeri SaparudinKualitas mutu benih cabai selain dipengaruhi dari kultur teknis pada saat di pertanaman, metode ketika prosesing juga berpengaruh. Metode kering dan basah direndam biasa dilakukan untuk prosesing benih cabai. Namun informasi terkait lama perendaman pada prosesing benih cabai masih terbatas. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui perlakuan lama perendaman terbaik terhadap perkecambahan benih cabai. Percobaan dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada bulan Februari hingga April 2020 menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL satu faktor P1= control, P2 = direndam selama 1 jam, P3 = direndam selama 3 jam, dan P4 = direndam selama 24 jam diulang tiga kali. Parameter yang diamati antara lain persentase kecambah normal, abnormal, benih segar tidak tumbuh dan benih Mati. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa daya berkecambah perlakuan P2 91% nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan P3 dan tidak berbeda nyata dengan P1 dan P4 P2 merupakan perlakuan terbaik untuk prosesing benih cabai.... Several ways to use various types of biostimulants in shallot plants are using growth regulators [25], [34]-[36], [93]; using bacteria [19]- [21], [91], [92], fungus [25], seaweed [59], [60]. A combination of biostimulants based on seaweed and bacteria has been carried out on tomato plants [50] and chilli [49], however, information regarding the use of this combination in shallots is still very limited. ...The use of biostimulants from endophytic bacteria enriched with seaweed is still rarely used in shallot plants. This study was conducted to determine the effect of reducing NPK chemical fertilizers and adding biostimulants to shallot plants in the highlands. The research was conducted in Lembang, Indonesian Vegetables Research Institute, Indonesia IVEGRI from January to July 2021. A two-factor Randomized Complete Block Design used two types of biostimulant formulation biostimulant A, and biostimulant B, and the chemical fertilizer dose factors 7 levels with 3 replications. The observed parameters included plant height, number of leaves, clump fresh weight and dry weight of bulbs per sample and per hectare, as well as the Relative Agronomic Effectiveness RAE. The results showed that the application of 75% NPK plus biostimulant at a dose of 3ml/L applied as much as 5X gave the same RAE value as NPK 100%.... Hal ini diduga komposisi media tanam M3 tanahkomposarang sekam mampu memenuhi kriteria yang paling baik untuk menjadi media tumbuh bagi tanaman. Menurut Rosliani et al.2014 komposisi media tanam tanah, kompos dan arang sekam menjadi komposisi yang tepat dari segi kegemburan tanah. Kegemburan tanah dapat menjaga kelembapan pada media tanam. ...Ayu Sufi Rochima N Palupi PuspitoriniJeka WidiatmantaThis study aims to determine the influence of the combination of soil planting media, compost, husk charcoal, determine the influence of local microorganism concentrations and determine the interaction of the two on the growth and yield of leek plants. The research design used randomized block design arranged in factorial RBD with 2 factors. The first factor of the planting medium M is 4 combinations soil M0, soil compost M1, soil husk charcoal M2, and soil compost charcoal husk M3. The second factor is the concentration of local microorganisms P there are 3 throws 10 ml / l P1, 15 ml / l P2 and 20 ml / l P3. The variables of total weight and consumption weight showed a significant interaction with the best treatment of M3P3.... Plant height measurements were carried out at the age of 3 weeks after planting. The loose media structure on compost media and the mixture produces aeration and drainage which is good for root development and maintains soil moisture that is ideal for plant growth [14]. The friable planting medium produced more fertile growth than the clay media on rooted irish plants [15]. ... Lelya PramudyaniA SaburMuhammad YasinW YaniConventional red chili farming systems using inorganic fertilizer cause to overcome this problem, alternative technologies. The purpose of this study was to determine the effect of biofertilizer on the growth and yield of red chili in acid upland. The experiment was conducted in Harapan Masa Village, Tapin District, South Kalimantan from May 2016 to December 2016. The Pillars variety was used because of the high production. The study was arranged using a randomized block design with 4 treatments and 5 replications. The treatments consist of Po = manure application without biofertilizer + NPK fertilizer at a dose of 100%, P1 = manure application with biofertilizer + NPK fertilizer at a dose of 100%, P2 = manure application with biofertilizer + NPK fertilizer with a dose of 75%, P3=manure application with biofertilizer + NPK fertilizer at a dose of 50%. Variables observed included percentage of seedling death, plant height, fruit length, fruit diameter, percentage of death plants and crop production. The results showed that the use of biofertilizer on manure used + NPK fertilizer can increase plant height, fruit length and production of chili plant in acid upland also decrease the percentage of death plant.... The seed viability obtained was higher than the growing power of shallot seeds in Sopha et al. [19] research, namely obtained in soil seedling media and manure compared to other media paddy soil + sand + manure or soil + sand + manure. The seed viability of shallot seeds in various seedling media was obtained by [20] varies between The highest yield was in the media of husk charcoal, husk charcoal + compost, and husk charcoal + compost + soil. ...The research aimed to know the performance of seedlings and farmers’ perceptions of Shallot seed nursery techniques using soil blocks. The study was conducted in Grobogan Regency from September - November 2018. The research method used three nursery techniques, namely a seedbed with soil block, plastic bags, and plumbing. The data collected included technical data, namely data on the growth and productivity of shallots, and data on farmers’ perceptions of nursery techniques obtained by interviewing 30 farmers. Technical data were analyzed descriptively use an average value and t-test, evaluated farmer’s perceptions using 11 attributes and five evaluation scales, which were analyzed using a 5-scale interval scoring technique. The results showed that the average shallot productivity obtained by the soil block nursery technique was higher than the other nursery techniques. Farmers have a good perception of soil block nursery techniques compared to other methods because shallot seeds are very easy to grow, seedlings are very easy to move to the planting area, seedlings are very easy to grow in planted area, seedlings thrive in planted area, and size of the resulting bulbs is very big. The soil block nursery technique is an alternative to increasing shallot Yuniarti Ulima DarmaniaResmayetiSri LestariKomposisi Media Persemaian dan Perlakuan ketersediaan benih bawang merah yang bermutu salah satunya dengan penggunaan benih TSS. Benih TSS memiliki kelemahan yaitu biji harus disemaikan terlebih dahulu dan umur panen lebih lama. Dalam rangka meningkatkan produksi bawang merah dengan menggunakan benih TSS maka diperlukan komposisi media semai yang mendukung untuk perkecambahan dan pertumbuhan benih yang baik. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan persemaian benih bawang merah asal biji TSS terhadap penggunaan beberapa komposisi media persemaian dan perlakuan benih. Kajian dilaksanakan pada tahun 2020 di IP2TP Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten dengan menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan yaitu P1 = media tanah + arang sekam + pukan 111 benih direndam air hangat, P2 = media tanah + arang sekam + pukan 111 benih tidak direndam air hangat, P3 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + pupuk hayati Gliocompost benih direndam air hangat, P4 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + pupuk hayati Gliocompost benih tidak direndam air hangat, P5 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + Trichoderma benih direndam air hangat, P6 = media tanah + arang sekam + pukan 111 + Trichoderma benih tidak direndam air hangat, P7 = media tanah + cocopeat + pukan 111benih direndam air hangat, P8 = media tanah + cocopeat + pukan 111benih tidak direndam air hangat. Hasil kajian menunjukkan bahwa daya tumbuh benih bawang merah TSS yang tertinggi yaitu tanpa adanya perlakuan perendaman benih dengan air hangat dan media persemaian yang menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang yang tertinggi yaitu campuran tanah + pukan + sekam dan panjang akar yaitu campuran tanah + pukan + sekam + pupuk SusantoKiki Kusyaeri HamdaniDian HistifarinaWawan WahyudinPenggunaan biji TSS true shallot seed dalam teknologi budidaya produksi lipat ganda Proliga bawang merah telah dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kelayakan teknis dan ekonomi teknologi Proliga bawang merah di dataran tinggi. Penelitian dilaksanakan secara partisipatif pada lahan petani seluas 1000 m2 di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka 1,000-1,200 mdpl pada bulan April-Agustus 2019. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tujuh ulangan. Perlakuan pertama Trisula biji dengan Proliga, kedua Lokananta biji dengan Proliga dan ketiga Bali Karet umbi dengan teknologi petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah asal biji Trisula dan Lokananta dengan teknologi Proliga masing-masing sebesar ton ha-1 dan ton ha-1 sedangkan Bali Karet umbi dengan teknologi petani sebesar ton ha-1. Analisis ekonomi terhadap biaya persemaian menunjukkan bahwa teknologi Proliga bawang merah dapat menghemat biaya benih hingga 43% dan R/C rasio Proliga bawang merah lebih tinggi dibandingkan cara petani R/C Proliga Trisula, Proliga Lokananta, dan cara petani masing-masing sebesar dan Teknologi Proliga bawang merah asal biji secara teknis maupun ekonomi layak dikembangkan khususnya pada dataran tinggi karena produktivitasnya yang tinggi dan menguntungkan petani. Kata kunci analisis ekonomi, biji bawang merah, kelayakan ekonomis, kelayakan teknis, produktivitasWitono AdiyogaMathias Prathama Rini Roslianip>Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran pada Maret-November 2018. Tujuan penelitian adalah mengestimasi kelayakan finansial teknologi produksi benih bawang merah TSS True Seed of Shallot. Percobaan lapangan produksi benih dilakukan untuk luasan m2. Keragaan usahatani dievaluasi melalui analisis anggaran usaha berdasarkan pencatatan usahatani. Sementara itu, kelayakan finansial dianalisis menggunakan NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return, B/C ratio Benefit Cost Ratio dan PBP Pay Back Period. Hasil analisis anggaran menghasilkan indikator keragaan produksi benih sebagai berikut a biaya produksi Rp. b rasio penerimaan-biaya 1,49, c titik impas produksi 102 kg/hektar, dan d titik impas harga Rp. Analisis finansial berdasarkan parameter periode proyeksi 3 tahun; aliran kas 12 bulan; suku bunga 18%/tahun; proporsi modal 40% sendiri dan 60% kredit; luas lahan 1 hektar; produktivitas 150 kg/ha; dan harga output Rp. menghasilkan NPV = Rp. <0, IRR = sampai tingkat bunga 2% masih menunjukkan besaran NPV yang negatif <18%, Net B/C Ratio = 0,62 < 1, dan PBP = 1,5 tahun < 3 tahun. Berbagai kriteria tersebut mengindikasikan bahwa usahatani produksi benih TSS belum dapat dikategorikan layak secara finansial. Analisis sensitivitas menunjuk-kan bahwa kelayakan finansial baru tercapai jika terjadi pengurangan biaya produksi minimal 22%. Kelayakan finansial juga dapat dicapai jika terjadi minimal 15% peningkatan produktivitas atau 15% peningkatan harga benih. Penelitian ini menyarankan studi lebih lanjut untuk mengidentifikasi agroekosistem produksi paling ideal berpotensi produktivitas optimal, serta memperbaiki teknologi produksi benih TSS berorientasi peningkatan produktivitas dan efisiensi penggunaan input. Keywords produksi benih; benih biji botani bawang; analisis anggaran; kelayakan finansial Abstract A trial of 1,500 m2 seed production was conducted in the Indonesian Vegetable Research Institute during March-November 2018. The objective was to assess the financial feasibility of True Seed of Shallot TSS seed production technology. Farm performance was assessed by using enterprise budget, NPV Net Present Value, IRR Internal Rate of Return, B/C ratio Benefit Cost Ratio, and PBP Pay Back Period. Budget analysis results in a production costs of IDR 255,320,280/ ha, b revenue-cost ratio of c 102 kg/ha yield break-even-point, and d IDR 1,789,628/kg price break-even-point. Meanwhile, financial analysis based on some predetermined parameters has provided NPV = IDR -108,564,638 <0, IRR = up to 2% interest rate still shows negative NPV value <18%, Net B/C Ratio = <1, and PBP = years <3 years. Those criteria suggest that TSS seed production business is not yet categorized as financially feasible. Sensitivity analysis shows that financial feasibility may be achieved if there is minimally 22% reduced cost of production, or 15% increased yield, or 15% increased seed price. Further studies on identifying the most ideal agro-ecosystem with optimal yield potential, and improving TSS technology with an orientation to increasing yield and input-use efficiency are recommended.
Bisniscom, MALANG – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang mendorong Kabupaten Malang, terutama Kecamatan Ngantang, menjadi sentra tanaman bawang merah nasional dengan memacu penggunaan biji botani atau true shallot seed (TSS) untuk penanaman salah satu komoditas itu. Kepala Perwakilan BI Malang Azka Subhan Aminurridho mengatakan
Salah satu taburan wajib dalam makanan berkuah adalah bawang merah goreng. - Salah satu taburan wajib dalam makanan berkuah adalah bawang merah goreng. Biasanya bawang merah goreng sering digunakan sebagai hiasan untuk makanan, seperti mi goreng, nasi goreng, sup, mi ayam, atau bubur. Taburan bawang merah goreng di atas hidangan memberikan sentuhan gurih dan tekstur yang renyah. Tahukah kamu? Bawang merah goreng enggak hanya untuk memperkuat aroma makanan, lo. Namun juga berguna sebagai penyedap rasa masakan sehingga meningkatkan selera makan, Kids. Selain itu, bawang merah goreng bisa digunakan sebagai taburan di atas salad untuk memberikan rasa gurih dan renyah. Meski terlihat mudah dalam pembuatannya, ternya diperlukan trik khusus untuk menghasilkan bawang merah goreng yang renyah dan gurih. Yuk, kita cari tahu sama-sama apa saja tips agar bawang merah goreng renyah dan gurih, Kids! Tips agar Bawang Merah Goreng Renyah dan Gurih 1. Pilih Jenis Bawang yang Tepat Pilihlan bawang yang tepat adalah langkah pertama untuk menciptakan bawang goreng yang renyah dan gurih. Baca Juga 5 Kondimen Terpopuler dari Indonesia versi Taste Atlas 2023, Salah Satunya Bawang Goreng Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Berikutkami tampilkan beberapa cara menanam bawang merah yang baik di bawah ini. 1. Tahap Penanaman Agar dapat menghasilkan umbi dengan kuantitas dan kualitas yang baik, diperlukan teknik penanaman yang tepat, yang meliputi: waktu tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, teknik menanam, penyiraman, penyiangan dan penggemburan tanah,
The research aims to assess the response to the growth and production of onion against of liquid organic fertilizer from cow biourie in some concentrations and to get the best concentration for the growth and production of red onion. The research was conducted atfield experimental in Pandu, North Minahasa regency from May to July 2014. The experiment was designed using a randomized block design. The treatment was concentration of cow biourine namely 0% B1 10%, B2 20%, B3 30%, B4 40% and B5 50%. Each treatment was replicated three times. Characters observed were plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Data was analyzed using analysis of variance. The result showed that the biourine concentration had significant effect on plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Treatment of B1, B2, B3 and B4 concentration were not significant difference at plant height. However, those four treatments were significantly different compared to B0 and B5. The fives treatment differed with the control on characters of number of leaves, number of tuber andfresh weight of tuber with leaves. On character of tuber dry weight, B2 treatment was significant difference compared to control whereas the other treatments were not significantly differed. On character of tuber diameter, three treatments were significant difference compared to the control namely B2, B4 and B5. Keywords Allium ascalonicum L, biourine cow, fertilizer, growth and production Figures - uploaded by Jeanne Martje PaulusAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Jeanne Martje PaulusContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 142 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH Allium ascalonicum L. BERBASIS APLIKASI BIOURINE SAPI GROWTH AND PRODUCTION OF ONION Allium ascalonicum L. BASED ON APPLICATION OF COW BIOURINE Olvie G. Tandi1, Jeanne Paulus2 dan Arthur Pinaria2 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 2Fakultas Pertanian Unsrat Manado, 95115 ABSTRACT The research aims to assess the response to the growth and production of onion against of liquid organic fertilizer from cow biourie in some concentrations and to get the best concentration for the growth and production of red onion. The research was conducted atfield experimental in Pandu, North Minahasa regency from May to July 2014. The experiment was designed using a randomized block design. The treatment was concentration of cow biourine namely 0% B1 10%, B2 20%, B3 30%, B4 40% and B5 50%. Each treatment was replicated three times. Characters observed were plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Data was analyzed using analysis of variance. The result showed that the biourine concentration had significant effect on plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Treatment of B1, B2, B3 and B4 concentration were not significant difference at plant height. However, those four treatments were significantly different compared to B0 and B5. The fives treatment differed with the control on characters of number of leaves, number of tuber andfresh weight of tuber with leaves. On character of tuber dry weight, B2 treatment was significant difference compared to control whereas the other treatments were not significantly differed. On character of tuber diameter, three treatments were significant difference compared to the control namely B2, B4 and B5. Keywords Allium ascalonicum L, biourine cow, fertilizer, growth and production ABSTRAK Penelitian bertujuan mengkaji respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pemberian pupuk organik dari biourine sapi pada berbagai konsenrtasi dan mendapatkan konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan di Pandu, Kabupaten Minahasa Utara dari Mei hingga Juli 2014. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan acak konsentrasi biourine sapi yaitu 0% B1 10%, B2 20%, B3 30%, B4 40% dan B5 50%.Setiap perlakuan diulang tiga kali. Karakter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, jumlah umbi, berat umbi segardengan daun dan berat umbi kering. Data dianalisis menggunakan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi biourine memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, jumlah umbi, berat umbi segardengan daun dan berat umbi kering dengan daun. Perlakuan konsetrasi B1, B2, B3 dan B4 tidak ada perbedaan yang signifikan pada tinggi tanaman. Namun, empat perlakuan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan B0 dan B5. Lima perlakuan berbeda nyata dengan kontrol pada karakter jumlah daun, jumlah umbi dan berat segar umbi dengan daun. Pada karakter berat umbi kering dengan daun, perlakuan B2 berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kontrol sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda secara signifikan. Pada karakter diameter umbi, tiga perlakuanyaitu B2, B4 dan B5memberikan pengaruh yang signifikan dibanding dengan kontrol. Kata kunci Allium ascalonicum L, biourine sapi, pemupukan, pertumbuhan dan produksi Volume 21 No. 3 Oktober 2015 143 PENDAHULUAN Bawang merah Allium ascalonicum L. merupakan salah satu komoditas utama sayurandi Indonesia dan mempunyai banyak manfaat. Bawang termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu pe-nyedap makanan serta bahan obat tradisional. Ber-dasarkan data dari the National Nutrient Database bawang merah memiliki kandungan karbohidrat, gula, asam lemak, protein dan mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia Waluyo dan Sinaga, 2015 . Pengembangan bawang merah di Sulawesi Utara tersebar di beberapa kabupaten dan kota seperti Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, Bolaang Mongondow, Bolang Mongondow Timur, Kota Kotamobagu dan Kota Bitung. Daerah-daerah ini tersebar di dataran rendah sampai dataran tinggi atau memiliki ketinggian tempat dari 0 – 800 mdpl Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, 2014. Keberadaan hewan ternak di Sulawesi Utara, sebagian besar belum dikelola sesuai per-untukannya dan terkesan dipelihara secara liar ada yang diikat/dilepas pada lahan-lahan kosong. Ber-dasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlunya sistem pertanian terpadu antara ternak dan sayuran yang dapat diterapkan di kawasan ini. Pertanian terpadu hortikultura dan ternak dapat mengurangi biaya produksi karena sisa sayuran akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedang-kan kotoran ternak dapat dijadikan pupuk organic bagi tanaman hortikultura. Produksi umbi bawang merah dengan daun tahun 2012 di Sulawesi Utara sebesar 5,301 ton dengan luas panen sebesar 680 hektar dan rata-rata produktivitas sebesar 7,80 ton/ha. Pada tingkat Nasional, rata-rata produksi bawang merah mencapai 10,7 t/ha. Potensi hasil di tingkat Balai Penelitian Sayuran Balitsa Lembang untuk dua varietas Sembrani dan ditanam pada kebun visitor plot. Varietas Sembrani, potensi hasil 9,0-24,4 ton/ha, dan dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 6-80 m dpl. Sedangkan varietas Trisula potensi hasil ton/ha Badan Litbang Pertanian, 2013b. Berdasar-kan data tersebut di atas menunjukkan produksi rata-rata bawang merah di Sulawesi Utara masih jauh berbeda dibandingkan dengan rata-rata Nasional maupun di tingkat Litbang Pertanian dan produksi masih berpeluang untuk dapat ditingkat-kan. Beberapa penelitian yang memanfaatkan biourine sapi sebagai pupuk organik yang dikom-binasikan dengan pupuk anorganik dapat mening-katkan hasil tanaman. Menurut Sutari 2010 bahwa biourine sapi dengan konsentrasi 200 ml/ha air menunjukkan hasil tanaman sawi hijau yang paling baik. Penelitian Adijaya 2008, kombinasi pupuk organik padat dan pupuk organik cair RB 5 t ha-1 + 7500 l ha-1 urine sapi, konsentrasi 20% memberi-kan produksi bawang merah tertinggi sebesar 10,37 ton ha-1 atau meningkat sebesar 60,77% dibanding-kan dengan tanpa pupuk organik. Penelitin ini bertujuan mengkaji respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pemberian pupuk organik dari biourine sapi pada berbagai konsentrasi dan mendapatkan konsetrasi biourine sapi terbaik untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Pandu selama tiga bulan terhitung mulai bulan Mei 2014 sampai dengan Juli 2014. Bahan digunakan pada penelitian ini yaitu bawang merah varietas Bima yang diperoleh dari pedagang benih di Pasar Bersehati Manado, pupuk Ponska, SP-36, Pupuk kotoran ayam, dan bahan untuk membuat biourie sapi urea, EM-4, temu-lawak, kunyit, jahe, gula pasir dan urin sapi segar. Alat yang digunakan berupa cangkul, sekop, meteran, timbangan, gelon sebagai wadah urine sapi, drum plastik berkapasitas 200 liter, gelas ukur, ember plastik, gembor, kamera dan alat tulis menulis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK. Susunan perlakuan terdiri atas 6 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 18 plot dengan ukuran 4 m x 1,2 m. Masing-masing per-lakuan konsentrasi biourine adalah sebagai berikut Tandi, dkk. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah ……….…….. 144 Kontrol B0, 10% B1, 20% B2, 30% B3, 40% B4 dan 50% B5. Prosedur Kerja Tahapan yang dilakukan dalam pelaksana-an penelitian ini adalah sebagai berikut Persiapan Kegiatan di awali dengan proses pembuatan urine segar menjadi biourine lewat fermentasi. Me-nurut Pustaka Indonesia 2008 proses pembuatan urine menjadi biourine dengan proses fermentasi 1 EM-4 sebagai stater fermenter 250 ml, gula pasir 1 kg, urea 1 kg dilarutkan dalam air jernih se-banyak 10 liter kemudian masukkan ke dalam drum yang berisi urine segar sebanyak 150 liter. 2 Lengkuas, kencur, kunyit, temulawak dan jahe masing-masing 0,5 kg dihancurkan dan masukan juga ke dalam drum urine. Setelah tercampur ke-mudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastik ditutup rapat. 3 Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari. 4 Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa dipakai pada aquarium untuk meniriskan urine dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2 m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas amoniak, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk biourine tersebut. Kemu-dian pupuk cair ini siap digunakan. U rine sapi se-belum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi se-telah difermentasi menjadi biourine warnanya ber-ubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau urine. Pengolahan Tanah Lahan pertanian dibersihkan dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya, kemudian diolah sampai gembur menggunakan traktor. Setelah itu dibuat plot percobaan ukuran 4 m x 1,2 m dengan ketinggian 20-30 cm, jarak antar bedengan adalah 40 cm. Luas plot percobaan adalah 4,8 m2. Pemupukan Pupuk dasar berupa pupuk kandang dari kotoran ayam 20 ton/ha diberikan 2 minggu se-belum penanaman sebanyak 9,6 kg/plot dan pupuk anorganik berupa ponska 300 kg/ha atau 144 g/plot diberikan 2 kali yaitu saat penanaman dan saat tanaman berumur 15 hst dan SP-36 100 kg/ha atau 48 g/petak diberikan saat penanaman atau pupuk dasar. Penamaman Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman 3-5 cm dan tiap lubang diisi 1 siung bawang. Bawang di tanam menggunakan jarak 20 x 20 cm Muku, 2002. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan gembor atau menyesuaikan dengan kondisi cuaca saat penanaman. Penyulaman Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7-10 hari sesudah tanam. Tujuannya untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/mati. Ap likas i Bio u rine Biourine diberikan dalam bentuk beberapa konsentrasi sesuai perlakuan penelitan telah di-encerkan terlebih dahulu dengan air dan jumlah takaran yang diberikan adalah 7000 liter/ha Adijaya, 2008 atau 3,6 liter/plot. Pengambilan Sampel dan Pengamatan Karakter yang diamati adalah 1 Tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi yang diluruskan secara vertikal ke atas. Di ukur pada saat tanaman me-masuki umur panen; 2 Jumlah daun dengan cara menghitung jumlah daun per tanaman pada setiap perlakuan; 3 Diameter umbi bawang diukur dengan menggunakan jangka sorong pada saat panen; 4 Jumlah umbi bawang per petak dihitung pada saat panen; 5 Berat segar umbi dengan daun per petak ditimbang saat panen; 6 Berat umbi kering dengan daun per petak ditimbang setelah umbi dikering anginkan selama 2 minggu. Volume 21 No. 3 Oktober 2015 145 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan jika terda-pat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf signifikan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman cm Berdasarkan hasil analisis sidik ragam p ABSTRACT The use of inorganic fertilizers to increase crop productivity can be suppressed by switching it to organic fertilizers. The abundance of cow urine waste can be used as organic fertilizer and to be used as biourine. This study was aimed at determining the effect of biofertilizers and molasses toward biourine quality and its effect on productivity of pakchoy. This research was conducted in UPT Compost Brawijaya University, and glasshouses in Sukapura Village, Probolinggo in August to November 2016. This research consisted of two steps. First production of biourine with the addition of organic material such as molasses, biofertilizers, and empon-empon namely turmeric, galangal, and Kaempferia galanga, which consists of 12 treatments with 3 replications arranged in a completely randomized design, and application of biourine on pakchoy consisting of 6 treatments control, doses of 200, 300, 400, 500, and 600 ml L-1 with three replications. The results of first step showed E1 treatment 10 L biourine + 30 ml + 750 ml molasses can improve N-total 860%, organic matter 282%, and population of microbe 1229% . The best biourine in first research E1 treatment was applied with dose 600 ml L-1 showed the best result. It showed to increase the number of leaves as much as 48% and the fresh weight of pakchoy by 405% when compared to no biourine treatment. Keywords biofertilizer, inceptisols, soil health, and population of microbe ABSTRAK Penggunaan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas tanaman dapat ditekan dengan beralih menggunakan pupuk organik. Melimpahnya limbah urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan dijadikan biourin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk hayati dan molase terhadap kualitas biourin dan pengaruhnya terhadap produktivitas pakchoy. Penelitian dilakukan di UPT Kompos Universitas Brawijaya, dan rumah kaca di Desa Sukapura, Probolinggo pada bulan Agustus sampai Nopember 2016. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, pertama pembuatan biourin dengan penambahan bahan organik berupa molase, pupuk hayati, dan empon-empon kunyit, lengkuas, dan kencur yang terdiri dari 12 taraf perlakuan dengan 3 ulangan pada Rancangan Acak Lengkap, dan kedua pengaplikasian biourin pada tanaman pakchoy yang terdiri dari 6 taraf perlakuan kontrol, dosis 200, 300, 400, 500, dan 600 ml L-1 dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian tahap pertama menujukkan perlakuan E1 10 L urin + 30ml pupuk hayati + 750ml molase mampu meningkatkan N-total 860%, bahan organik 282%, dan populasi mikroba sebesar 1229%. Aplikasi biourin terbaik pada penelitian tahap 1 perlakuan E1 dengan dosis 600 ml L-1 pada tanaman pakchoy menunjukkan hasil terbaik, ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah daun sebanyak 48% dan bobot basah tanaman sebesar 405% jika dibandingkan tanpa pemberian biourin. Kata kunci inceptisol, kesuburan tanah, mikroba, dan pupuk organik cair
BudidayaBawang Merah (Allium cepa var. bauji) Menggunakan Ukuran Umbi Sedang di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (PATPH) Lebo Sidoarjo, Nur Khilmiatus Sa’adah, Nim A31180588, Tahun 2021, 5 Hlm, Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Refa Firgiyanto, Sp, M.Si (Dosen Pembimbing) dan Faridah, S.P, M.Agr (Pembimbing
Shallot production in Central Sulawesi recorded a decline from tons, between 2017-2018. However, the use of an accurate composition of the planting medium serves as a possible alternative to boost the yield. Also, the introduction of organic matter tends to increase the nutrient content, influence the aeration, and subsequently leads to drainage. This study is aimed at determining the effect of plant media composition on shallot growth and yield. A randomized block design comprising 4 treatments, termed soil composition, husk charcoal, and goat manure. Each treatment was repeated at 5 times to achieve 20 experimental units. The results showed that the plant media composition indicated a significant effect on the parameters of plant height at age 4 and 6 Weeks After Plantings WAP, quantities of leaves aged 4 WAP, tillers aged 6 WAP as well as tubers per clump. Similar impacts were also reported on plant height at 2 WAP, the number of leaves aged 2 and 6 WAP, fresh tuber weight, tuber diameter, accumulated weight loss, root length, and available moisture content. Furthermore, the addition of husk charcoal and manure at a volume ratio of soil husk charcoal manures = 211, tends to increase the quantities of leaves, tillers, tubers per clump, as well as plant height, fresh tuber weight, and shallot bulb diameter. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, No. 1, June 2021, pp. 38–43 ISSN 2655-7924 Print ISSN 2614-7416 Online doi © 2021 Agrotechnology Research Journal Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Effects of Planting Media Composition on the Growth and Yield of Shallot Sugianto1, Kamelia Dwi Jayanti2* 1-2Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Universitas Sintuwu Maroso, Poso, Sulawesi Tengah, 94612, Indonesia Received 29 September 2020; Accepted 21 May 2021; Published 30 June 2021 ABSTRACT Shallot production in Central Sulawesi recorded a decline from tons, between 2017-2018. However, the use of an accurate composition of the planting medium serves as a possible alternative to boost the yield. Also, the introduction of organic matter tends to increase the nutrient content, influence the aeration, and subsequently leads to drainage. This study is aimed at determining the effect of plant media composition on shallot growth and yield. A randomized block design comprising 4 treatments, termed soil composition, husk charcoal, and goat manure. Each treatment was repeated at 5 times to achieve 20 experimental units. The results showed that the plant media composition indicated a significant effect on the parameters of plant height at age 4 and 6 Weeks After Plantings WAP, quantities of leaves aged 4 WAP, tillers aged 6 WAP as well as tubers per clump. Similar impacts were also reported on plant height at 2 WAP, the number of leaves aged 2 and 6 WAP, fresh tuber weight, tuber diameter, accumulated weight loss, root length, and available moisture content. Furthermore, the addition of husk charcoal and manure at a volume ratio of soil husk charcoal manures = 211, tends to increase the quantities of leaves, tillers, tubers per clump, as well as plant height, fresh tuber weight, and shallot bulb diameter. Keywords Goat manure; Rice husk charcoal; Soil moisture; Soil structure Cite this as CSE Style Sugianto, Jayanti KD. 2021. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Agrotechnology Res J. 51 38–43. PENDAHULUAN Bawang merah sebagai bumbu penyedap masakan dan obat tradisional sehingga banyak diminati masyarakat. Permintaan bawang merah akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat Dewi dan Sutrisna 2016. Konsumsi bawang merah dalam rumah tangga selama periode tahun 2002 - 2021 relatif berfluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. pada tahun 2018 konsumsi bawang merah sekitar 2,764 kg/kapita/tahun atau naik sebesar 7,52 % dibandingkan tahun sebelumnya Manurung 2019. Penanaman bawang merah pada umumnya dilakukan di lahan yang cukup luas, namun untuk skala rumah tangga, budidaya bawang merah dapat dilakukan dalam polybag dengan menggunakan berbagai media tanam yang ada. Media tanam merupakan substansi tempat akar tanaman tumbuh, mengekstrak air dan unsur hara Landis et al. 2014. Menurut Center for Agriculture Food and the Environment 2020 media tanam harus terdiri dari campuran komponen yang menyediakan air, udara, unsur hara dan penunjang bagi tanaman. Budidaya yang dilakukan dalam skala rumah tangga biasanya menggunakan tanah mineral yang berasal dari pekarangan rumah. Tanah mineral yang berasal dari pekarangan rumah pada umumnya kurang subur dan padat sehingga tidak cukup mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Oleh karena itu perlu penambahan bahan organik sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan kondisi media tanam yang optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa bahan organik yang dapat dikombinasikan dengan tanah sebagai media tanam adalah pupuk kandang dan arang sekam padi. Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan hara pada media tanam, dapat meningkatkan porositas tanah dan kemampuan media tanam menyimpan air. Hasil penelitian Zulkarnain et al. 2013 dan Surya et al. 2017 menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik mampu meningkatkan porositas, kandungan C-organik tanah, menurunkan berat isi dan berat jenis, serta meningkatkan kemantapan agregat, porositas tanah dan kadar air pF 4,2. Sekam bakar dapat digunakan sebagai bahan tanam bawang merah karena memiliki struktur gembur, drainase dan aerasi yang baik sehingga mendukung akar dalam penyerapan unsur hara Andalasari et al. 2017. Arang sekam padi memiliki sifat porous sehingga *Corresponding Author E-Mail Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah dapat meloloskan air dengan baik. Arang sekam padi berpengaruh terhadap suhu tanah, kadar lengas tanah dan produksi tomat Kolo dan Raharjo 2016. Beberapa penelitian tentang komposisi media tanam telah dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan produksi tanaman. Hasil penelitian Juniyati et al. 2016 menunjukkan bahwa komposisi tanah timbunan, arang sekam dan pupuk padat sapi 113 menghasilkan produksi kangkung darat tertinggi, sedangkan hasil penelitian Syawal et al. 2019 bahwa komposisi media 60% tanah berbanding 40% pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot segar dan bobot kering umbi bawang merah. Jenis dan komposisi bahan organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, namun informasi tentang peningkatan proporsi bahan organik pada media tanam yang digunakan khususnya pada budidaya bawang merah dalam polybag masih kurang. Kebaharuan penelitian ini yaitu komposisi tanah dan bahan organik dalam media tanam pada bawang merah dalam polybag. Penelitian bertujuan untuk mengkaji proporsi atau komposisi bahan organik dalam tanah mineral, dan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas bawang merah. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Betaua, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, Indonesia. Bahan yang digunakan antara lain umbi bawang merah varietas Lembang Jumbo, pupuk kandang kambing dan arang sekam padi. Alat yang digunakan antara lain meteran, timbangan digital, cangkul, pisau, ember, polybag, jangka sorong dan alat tulis menulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan berupa perbandingan komposisi tanah, arang sekam dan pupuk kandang kambing, sebagai berikut M1 = tanah arang sekam pupuk kandang 111 M2 = tanah arang sekam pupuk kandang 211 M3 = tanah arang sekam pupuk kandang 121 M4 = tanah arang sekam pupuk kandang 112 Perbandingan yang digunakan dalam menentukan komposisi dalam media tanam adalah perbandingan volume. Perlakukan M1, digunakan 1 ember tanah, ditambah 1 ember arang sekam dan 1 ember pupuk kandang kambing. Ketiga bahan tersebut kemudian dicampur hingga homogen, setelah itu dimasukkan ke dalam polybag. Perlakuan lainnya juga ditakar menggunakan cara yang sama, yaitu menggunakan perbandingan volume. Tiap percobaan diulang sebanyak 5 kali, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 6 polybag sehingga total polybag yang digunakan adalah 120 polybag. Tiap polybag ditanami satu umbi bawang merah. Variabel pengamatan meliputi Tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan tambahan yang diamati pada umur 2, 4 dan 6 Minggu Setelah Tanam MST, jumlah umbi per rumpun, bobot umbi segar, diameter umbi, akumulasi susut bobot diamati pada 1, 2 dan 3 Minggu Setelah Penyimpanan MSP, panjang akar dan kadar lengas tersedia media tanam dengan pengambilan sampel media tanam untuk dilakukan pada saat panen, sebelum tanaman dicabut dari polybag. Pengambilan sampel media tanam untuk semua unit percobaan dilakukan pada hari yang sama, yaitu pada pukul Sampel media tanam untuk tiap perlakuan diambil secara acak kemudian dikompositkan. Kadar lengas tersedia = kadar lengas kapasitas lapangan – kadar lengas titik layu permanen Kadar lengas kapasitas lapang dan kadar lengas titik layu permanen diukur menggunakan metode Gravimetri dengan rumus sebagai berikut 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 = 𝑏 − 𝑎− 𝑐 − 𝑎𝑐 − 𝑎 𝑥100% dengan a= bobot wadah kosong, b= bobot tanah awal, c= bobot tanah setelah dioven pada suhu 105 0C selama 24 jam. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam berdasarkan uji F, kemudian dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman Tabel 1. Tinggi tanaman tertinggi diperoleh dari media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 211 Tabel 2. Komposisi 211 merupakan komposisi paling ideal dan menghasilkan struktur media tanam yang sesuai bagi pertumbuhan bawang merah. Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi tanaman Syahputra et al. 2014. Selain membentuk struktur tanah yang lebih gembur, pupuk kandang dan arang sekam menyediakan hara yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang kambing mengandung hara kalium yang relatif lebih tinggi, namun kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya Hartatik dan Widowati 2006, sedangkan arang sekam mengandung C sebesar 18,62%, O sebesar 43,11% dan Si sebesar 37,43% Armynah et al. 2018. Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Jumlah daun terbanyak media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 211 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Unsur hara yang diperoleh dari pupuk kandang kambing dan arang sekam dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Hasil analisis Sunaryo et al. 2018 menunjukkan bahwa pupuk kandang kambing mengandung N total 1,150,11%, P2O5 total 1,100,14%, K2O total 2,790,16%, Ca total 1,560,09%, Mg total 0,420,06%. Arang sekam padi memiliki pH berkisar 7,23 – 8,38, mengandung P total 0,95 – 1,71 K total 12,0 – 20,9 Ca total 1,58 – 3,34 Mg total 0,51 – 1,68 dan kapasitas tukar kation 3,10 – 7,08 cmol+. Tsai dan Chang 2020. Selain itu, pemberian bahan organik berupa pupuk organik dan arang sekam dapat menciptakan kondisi aerasi dan drainase yang baik dalam media tanam. Menurut Blok 2017, pada Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah umumnya partikel organik memiliki sifat yang berbeda. dengan partikel mineral karena memiliki porositas internal yang mempengaruhi penyimpanan air dan udara. Komposisi media tanam berpengaruh terhadap jumlah anakan umur 6 MST Tabel 1. Perlakuan terbaik adalah media tanam dengan komposisi tanah pupuk kandang arang sekam sebesar 211. Hasil serupa dapat dilihat pada penelitian Kurnianingsih et al. 2019 namun dengan penggunaan media tanam tanah dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 31 dapat meningkatkan jumlah anakan per rumpun. Penambahan pupuk kandang dan arang sekam selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, juga dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, sehingga jangkauan akar dalam menyerap hara, air dan udara lebih optimal. Pupuk kandang kambing mengandung N total 1,15±0,11%, P2O5 total 1,10±0,14%, K2O total 2,79±0,16%, Ca total 1,56±0,09%, Mg total 0,42±0,06%, S total 2050±16,09 ppm Sunaryo et al. 2018, sedangkan arang sekam padi mengandung mineral Si yang tinggi, C, O dan K serta memiliki porositas makro dengan skala 1-10  Varela et al. 2013. Sifat fisik tanah yang baik berdampak pada perkembangan akar yang lebih dalam dan luas sehingga daya serap hara dan air yang dibutuhkan tanaman juga semakin baik dan pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan tanaman Kantikowati et al. 2019. Hasil penelitian Ramli et al. 2016 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki bulk density, agregat tanah, kadar air kapasitas lapang dan porositas tanah. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Ghorbani et al. 2019 bahwa tanah yang diberikan arang sekam padi mengalami peningkatan kapasitas tukar kation sebesar 19-30% dan peningkatan porositas sebesar 7,45-33,66% dibandingkan tanah yang tidak diberi arang sekam padi. Proporsi arang sekam dan pupuk kandang dalam media tanam berbanding terbalik dengan parameter hasil bawang merah. Jumlah, bobot segar dan diameter umbi bawang merah mengalami penurunan dengan semakin banyaknya proporsi arang sekam maupun pupuk kandang dalam media tanam. Hal ini dikarenakan media tanam yang proporsi arang sekam dan pupuk kandangnya lebih banyak dibandingkan tanah mineral menyerap dan menahan air lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tanaman sehingga mengganggu pembentukan umbi bawang merah. Sekam padi memiliki kapasitas menahan air sebesar 251%, namun ketika sekam padi mengalami proses karbonisasi menjadi arang sekam maka kapasitas menahan airnya meningkat menjadi 353% Varela et al. 2013, sedangkan penambahan pupuk kandang dalam media tanam meningkatkan kapasitas menahan air dua kali lipat dibandingkan dengan penambahan kompos Vengadaramana dan Jashothan 2012. Umami et al. 2011, menyatakan bahwa kadar air yang terlalu tinggi dalam tanah dapat menghambat pembentukan umbi, sehingga bobot umbi cenderung rendah. Bawang merah lebih sensitif terhadap tekanan air selama pembentukan dan pembesaran umbi daripada selama tahap vegetatif Khokhar 2017. Kondisi kelebihan air yang dialami bawang merah dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penurunan bobot kering umbi Sudarma dan Proklamita 2012, namun bobot basah dan bobot kering umbi akan meningkat dengan berkurangnya frekuensi penyiraman Ariska dan Rachmawati 2017. Susut bobot umbi disebabkan oleh adanya proses penguapan dan respirasi yang terjadi pada saat umbi disimpan. Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap akumulasi susut bobot umbi bawang merah. Akumulasi susut bobot tertinggi untuk semua umur penyimpanan diperoleh dari media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 112 Tabel 3. Pupuk kandang memiliki kemampuan menyimpan air yang baik, sehingga proporsi pupuk kandang yang lebih banyak dibandingkan bahan mineral menyebabkan kadar air yang tersimpan dalam tanah lebih banyak. Pupuk kandang kambing mengandung bahan organik sebanyak 31% dengan rasio C/N sebesar 20-25% Hartatik dan Widowati 2006, KTK 23,942 g Lumbanraja dan Harahap 2015, bulk density 750 kg m-3, kandungan lengas 58,30%, kapasitas pegang air 3,00 g air/g sampel kering dan porositas 41,57% Khater 2015. Hasil penelitian Intara et al. 2011 menunjukkan bahwa kadar air tersedia pada tanah yang ditambahkan bahan organik lebih tinggi dibandingkan tanpa bahan organik. Tanah yang terlalu lembap menyebabkan kadar air dalam umbi juga makin banyak, sehingga ketika disimpan terjadi penyusutan bobot yang tinggi. Susut bobot dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kadar air dalam umbi, makin tinggi suhu ruang penyimpanan dan kadar air dalam umbi maka makin besar pula nilai susut bobot umbi Mutia et al. 2017.Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap peubah pertumbuhan bawang merah Keterangan MST = Minggu Setelah Tanam; MSP = Minggu Setelah Panen; * = nyata; ** = sangat nyata; tn = tidak nyata Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah Tabel 2. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap tinggi, jumlah daun, dan jumlah anakan bawang merah pada umur 2, 4, dan 6 minggu setelah tanam MST Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap jumlah, bobot segar, diameter, dan akumulasi susut bobot umbi bawang merah Akumulasi susut bobot g pada Minggu Setelah Penyimpanan MSP Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Akar terpanjang pada media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 112, berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya Tabel 4. Arang sekam dan pupuk kandang yang ditambahkan ke media tanam dapat menurunkan bulk density tanah dan menciptakan pori-pori makro yang menyebabkan akar lebih mudah berpenetrasi dan tumbuh memanjang. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Kusuma et al. Kusuma et al. 2013, yaitu penambahan arang sekam pada proporsi penambahan 50% menghasilkan akar lateral terpanjang. Pupuk organik mampu menurunkan berat jenis tanah yang menyebabkan tanah menjadi ringan sehingga memberikan kondisi yang baik untuk perkembangan akar dan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil Yahumri et al. 2015. Menurut Agustin et al. 2014, penambahan arang sekam padi meningkatkan ketersediaan pori makro, sehingga akar dapat menembus dan daerah pemanjangan akar semakin luas, sedangkan menurut Loss et al. 2019 pemberian pupuk kandang menurunkan bulk density tanah, meningkatkan agregasi dan volume pori-pori tanah karena bahan organik memiliki kepadatan partikel yang lebih rendah daripada partikel mineral. Selanjutnya menurut Blok Blok 2017, pengaruh fisik langsung dari pencampuran partikel organik dan mineral adalah peningkatan ruang pori total, akibat pembentukan agregat tanah yang lebih kompleks. Selain mempengaruhi sifat fisik media tanam, arang sekam juga dapat mendukung pertumbuhan tanaman karena mengandung hara antara lain C 77,9±5,9%, H 3,5±0,1%, S 0,30±0,05%, O 18,3±9,4% dan memiliki pH sebesar 8,9 Theeba et al. 2012. Kadar lengas tersedia tertinggi diperoleh dari media tanam dengan kombinasi tanah arang sekam pupuk kandang=112, namun berbeda tidak nyata dengan media tanam kombinasi tanah arang sekam pupuk kandang=121. Salah satu sifat bahan organik adalah mampu mengikat dan menyimpan air, sehingga semakin besar proporsi bahan organik dalam media tanam menyebabkan semakin besar pula air yang tersimpan dalam media tanam tersebut. Sejalan dengan pendapat Hardjowigeno 2015, yaitu bahwa bahan organik merangsang granulasi, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, sehingga drainase tidak berlebihan. Terjadi pembentukan agregat tanah yang lebih kompleks ketika partikel organik dikombinasikan dengan partikel mineral sehingga mengakibatkan berat volume rendah, kandungan dan retensi air tinggi serta laju infiltrasi tinggi Blok 2017. Tabel 4. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap panjang akar bawang merah Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Tabel 5. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap kadar lengas tersedia Kadar lengas tersedia % Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah Kadar lengas yang tinggi pada media tanam berdampak negatif pada hasil tanaman bawang merah. Hal ini terlihat pada parameter bobot segar dan akumulasi susut bobot setelah penyimpanan. Peningkatan proporsi bahan organik dalam media tanam diikuti oleh peningkatan jumlah lengas yang dapat ditahan dalam media tanam tersebut, namun setelah mencapai nilai maksimum kapasitas menahan air menurun seiring meningkatnya jumlah bahan organik. Secara umum, retensi air meningkat seiring dengan peningkatan jumlah bahan organik dalam tanah Varela et al. 2013. Kadar lengas kapasitas lapangan merupakan jumlah lengas yang ideal untuk menghasilkan pertumbuhan bawang merah yang optimal, sedangkan kadar lengas yang kurang atau lebih dari kapasitas lapangan malah akan menurunkan bobot segar umbi Anshar et al. 2011. KESIMPULAN Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan dan hasil bawang merah. Komposisi tanah arang sekam pupuk kandang dengan proporsi 211 menghasilkan pertumbuhan dan hasil bawang merah terbaik, meskipun berbeda tidak nyata dengan komposisi 111. Proporsi arang sekam dan pupuk kandang kambing yang lebih banyak dibandingkan tanah mineral dalam media tanam cenderung menurunkan hasil bawang merah. DAFTAR PUSTAKA Agustin AD, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan arang sekam padi sebagai media sapih untuk cempaka kuning Michelia Champaca. J Sylva Lestari. 2349–58. Andalasari TD, Widagdo S, Ramadiana S, Purwati E. 2017. Pengaruh media tanam dan Pupuk Organik Cair POC terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Allium Ascalonicum L.. In Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian; 7 September 2017; Palembang, ID. Palembang ID Politeknik Negeri Lampung. p. 28–34. Anshar M, Tohari, Sunarminto BH, Sulistyaningsih E. 2011. Pengaruh lengas tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas lokal bawang merah pada ketinggian tempat berbeda. J Agrol. 1818–14. Ariska N, Rachmawati D. 2017. Pengaruh ketersediaan air berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tiga kultivar bawang merah Allium cepa L.. Agrotek Lestari. 4242–50. Armynah B, Atika, Djafar Z, Piarah WH, Tahir D. 2018. Analysis of chemical and physical properties of biochar from rice husk biomass. J Phys Conf Ser. 979 012038. Blok C. 2017. Compost for soil application and compost for growing media. In Van der Wurff AWG, Fuchs, JG, Raviv M, Termorshuizen AJ, editors. Handbook for composting and compost use in organic horticulture. NL BioGreenhouse . p. 89–98. Center for Agriculture Food and the Environment. 2020. Checklist Effects of growing media characteristics on water and nutrient management. Massachusetts US Umass Extension. pp. 34-39. Dewi MK, Sutrisna IK. 2016. Pengaruh tingkat produksi, harga dan konsumsi terhadap impor bawang merah di Indonesia. E-Jurnal Ekon Pembang Univ Udayana. 51139–149. Ghorbani M, Asadi H, Abrishamkesh S. 2019. Effects of rice husk biochar on selected soil properties and nitrate leaching in loamy sand and clay soil. Int Soil Water Conserv Res. 73258–265. Hardjowigeno S. 2015. Ilmu Tanah. 8th ed. Jakarta ID Akademika Pressindo. 288 p. Hartatik W, Widowati LR. 2006. Pupuk kandang. In Simanungkalit RD, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W, editors. Pupuk organik dan pupuk hayati. Jakarta ID Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. p. 59–82. Intara YI, Sapei A, Sembiring N, Djoefrie MHB. 2011. Pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap kemampuan mengikat air. J Ilmu Pertan Indones. 162130–135. Juniyati T, Adam A, Patang P. 2016. Pengaruh komposisi media tanam organik arang sekam dan pupuk padat kotoran sapi dengan tanah timbunan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman kangkung darat Ipomea reptans Poir. J Pendidik Teknol Pertan. 219–15. Kantikowati E, Karya, Yusdian Y, Suryani C. 2019. Chicken manure and biofertilizer for increasing growth and yield of potato Solanum tuberosum l. of Granola varieties. IOP Conf Ser Earth Environ Sci. 393012017. Khater ESG. 2015. Some physical and chemical properties of compost. Int J Waste Resour. 051 000172. Khokhar KM. 2017. Environmental and genotypic effects on bulb development in onion – a review. J Hortic Sci Biotechnol. 925448–454. Kolo A, Raharjo KTP. 2016. Pengaruh pemberian arang sekam padi dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat Lycopercicom esculentum Mill. Savana Cendana. 103102–104. Kurnianingsih A, Susilawati, Sefrila M. 2019. Karakter pertumbuhan tanaman bawang merah pada berbagai komposisi media tanam. J Hortik Indones. 93167–173. Kusuma AH, Izzati M, Saptiningsih E. 2013. Pengaruh penambahan arang dan abu sekam dengan proporsi yang berbeda terhadap permeabilitas dan porositas tanah liat serta pertumbuhan kacang hijau Vigna radiata L.. Bul Anat Fisiol. 2111–9. Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah Landis TD, Jacobs DF, Wilkinson KM, Luna T. 2014. Growing media. In Wilkinson KM, Landis TD, Haase DL, Daley BF, Dumroese RK, editors. Tropical nursery manual a guide to starting and operating a nursery for native and traditional plants. Washington DC United States Department of Agriculture. p. 101–122. Loss A, Couto R, Brunetto G, da Veiga M, Toselli M, Baldi E. 2019. Animal manure as fertilizer changes in soil attributes, productivity and food composition. Int J Res -GRANTHAALAYAH. 79307–331. Lumbanraja P, Harahap EM. 2015. Enhancing soil water holding capacity and cation exchange capacity of sandy soil with application of manure on simalingkar soil. J Pertan Trop. 2174–88. Manurung M. 2019. Konsumsi dan neraca penyediaan –penggunaan bawang merah. In Sumantri A, editor. Buletin konsumsi pangan, Volume 10 Nomor 1 2019. Jakarta ID Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. pp. 56-62. Mutia AK, Purwanto YA, Pujantoro L. 2017. Perubahan kualitas bawang merah Allium Ascalonicum L. selama penyimpanan pada tingkat kadar air dan suhu yang berbeda. J Penelit Pascapanen Pertan. 112108. Ramli, Paloloang AK, Rajamuddin UA. 2016. Perubahan sifat fisik tanah akibat pemberian pupuk kandang dan mulsa pada pertanaman terung ungu Solanum Melongena L., entisol, Tondo Palu. E-J Agrotekbis. 42160–167. Sudarma IK, Proklamita TL. 2012. Pertumbuhan dan hasil beberapa kultivar bawang merah pada berbagai durasi genangan. PARTNER. 222474–486. Sunaryo Y, Purnomo D, Darini MT, Cahyani VR. 2018. Nutrients content and quality of liquid fertilizer made from goat manure. J Phys Conf Ser. 1022012053. Surya JA, Nuraini Y, Widianto. 2017. Kajian porositas tanah pada pemberian beberapa jenis bahan organik di perkebunan kopi robusta. J Tanah Sumberd Lahan. 41463–471. Syahputra E, Rahmawati M, Imran S. 2014. Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada Lactuca sativa L.. J Floratek. 9139–45. Syawal Y, Susilawati, Ghinola E. 2019. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah Allium cepa L. Var Bima. Maj Ilm Sriwij. 3120191–7. Theeba M, Bachmann RT, Illani ZI, Zulkefli M, Husni MHA, Samsuri AW. 2012. Characterization of local mill rice husk charcoal and its effect on compost properties. Malays J Soil Sci. 16189–102. Tsai CC, Chang YF. 2020. Effects of rice husk biochar on carbon release and nutrient availability in three cultivation age of greenhouse soils. Agronomy. 107990. Umami A, Darmanti S, Haryanti S. 2011. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman bawang merah Allium ascalonicum L. var. Tiron dengan perlakuan Gracilaria verrucosa sebagai penjerap air pada tanah pasir. Bioma Berk Ilm Biol. 13260–66. Varela OM, Rivera EB, Huang WJ, Chien CC, Wang YM. 2013. Agronomic properties and characterization of rice husk and wood biochars and their effect on the growth of water spinach in a field test. J Soil Sci Plant Nutr. 132251–266. Vengadaramana A, Jashothan PT. 2012. Effect of organic fertilizers on the water holding capacity of soil in different terrains of Jaffna peninsula in Sri Lanka. J Nat Prod Plant Resour. 24500–503. Yahumri, Yartiwi, Siagian IC, Rahman T. 2015. Growth response and production of onion by applying organic fertilizer from industrial waste and animal waste. In Promoting local resources for food and health. ISEPROLOCAL; 12-13 Oktober 2015; Bengkulu, ID. Bengkulu ID Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. p. 468–472. Zulkarnain M, Prasetya B, Soemarno. 2013. Pengaruh kompos, pupuk kandang, dan custom-bio terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan hasil tebu Saccharum officinarum L. pada entisol di kebun Ngrakah-Pawon, Kediri. Indones Green Technol J. 2145–52. Bawang merah merupakan komoditi penting Indonesia yang membutuhkan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan umbi bawang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi bawang merah pada berbagai kombinasi media yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2018 di rumah kaca kampus F6, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan perlakuan kombinasi media tanam yang terdiri dari 6 taraf perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi media tanam dengan perbandingan volume, yaitu P0 = tanah; P1 = tanah arang sekam cocopeat 211; P2 = tanah cocopeat pupuk kandang sapi 211; P3 = tanah arang sekam pupuk kandang sapi 211; P4 = tanah cocopeat pupuk kandang kambing 211; dan P5 = tanah Arang Sekam pupuk kandang kambing 211. Kombinasi media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman bawang merah umur 6, 8 dan 10 MST, jumlah daun umur 4, 6, 8 dan 10 MST, bobot basah tanaman dan bobot kering umbi. Perlakuan kombinasi media terbaik adalah P3 tanah arang sekam pupuk kandang sapi 211, yang menghasilkan produksi bobot kering umbi HusinsyahFitri MahyudiThis study aims to determine technically the implementation of organic growing media processing business on PO. 2 Tia Agri. To find out economically the large costs, revenues, profits and business feasibility of processing organic growing media on PO. 2 Tia Agri. In its implementation, the business of processing organic growing media on “PO. 2 Tia Agri” in Banyu Irang Village, Bati-Bati District, Tanah Laut Regency, South Kalimantan Province in general has been running well. Production activities consist of several main stages, namely material preparation, mixing all ingredients, fermentation process, packaging, and delivery. With a production capacity of 20 tons 20,000 kg of organic growing media for 1 one production cycle with a selling price of per kg. The income obtained in one production of organic growing media processing business is an average of Rp. 20,000,000 and a total cost of Rp. 16,396,506,47 and the profit obtained in one production is Rp. 3,603, The RCR value of Organic Planting Media Processing Business is so it is feasible to cultivateAnimal manure AM, such as swine, cattle, sheep, horse, as well as other organic waste materials from recycling agri-food or other processes may be used as nutrient source for horticultural annual and perennial crops, increasing nutrient cycling and reducing costs related to acquisition of industrial fertilizers. Additionally, over the years it is expected to modify chemical, physical, and biological soil attributes such as increasing the nutrient content in the soil, which can affect crop productivity, change the food composition, fruit and vegetable storage aptitudes, and impact on the environment. The present review addresses the effect of AM applications on the soil-plant interface, emphasizing the following aspects a changes in chemical, physical and biological attributes in soils with a history of AM applications, b effect of application of AM on annual plant productivity and c AM as fertilizer productivity and food composition of horticultural crops. Successive applications of AM in soils tend to increase the chemical and physical attributes, and, increased production of grain crops. Effect of AM fertilizations on quality and nutritional value of fruits is still uncertain; it depends on several factors, including 1 characteristics of organic matter, 2 pedoclimatic conditions, 3 time of application and 4 plant species. Chen-Chi TsaiYu-Fang ChangGreenhouse production can contribute to the accumulation of salt and heavy metals and nutrient imbalance, thus, increasingly degrading greenhouse soils. The potential of rice husk biochar to increase carbon sequestration, neutralize soil pH, increase nutrient retention, and change nutrient/heavy metal sorption/desorption in greenhouse soils is promising. Therefore, we investigated three greenhouse soils red soil with 3, 14, and 24 cultivation years 3S, 14S, and 24S in northern Taiwan to test the effects of rice husk biochar RHB on carbon dynamics and nutrient availability. A 100-day incubation study was conducted in which poultry-livestock manure compost 2% by wt. and six rice-husk-based, slow-pyrolysis biochars pyrolyzed at different temperatures were applied 0%, 10%, and 20% by wt. to three red soils. The study results indicated that the RHB pyrolyzed at high temperatures, with relatively high pH and Ca content, could lead to a higher neutralizing effect when applied to the soil. In addition, the high temperatures pyrolyzed RHB had a higher capacity to reduce the concentration of Cu, Pb, and Zn in the three soils, especially for the younger cultivation soil, which contributed to the higher pH and relatively high surface area of these RHB, and the relative lower soil pH of the younger soil. Furthermore, only adding RHB could result in an evident change in soil characteristics for 3S and 24S soil, including cumulative C release, pH, EC, TC, and available K increase, but 4% RHB addition was needed for 14S soil. In the condition of co-application with 2% compost by wt., 4% RHB addition was necessary for carbon sequestration, at least 10% RHB addition was needed for 3S and 14S soil, but to would be sufficient for 24S. In conclusion, the RHB and compost co-application in greenhouse soil resulted in improved chemical properties, and the effect of the pyrolysis temperature, application rate, and cultivation age had varying improvements. Parlindungan LumbanrajaErwin Masrul HarahapThe research took place at the University of HKBP Nommensen, Faculty of Agriculture Research Greenhouse in Simalingkar, Medan, Indonesia. It hypothesized that the application of manure as a single factor could increase the soil water holding capacity and soil cation exchange capacity. Research designed with Complete Randomize Design, the treatment replicated by four times. Every parameter that affected significantly will be continued analyzed with Duncan’s Multiple Range Test. For observation had made by measures of soil water holding capacity and soil cation exchange capacity. The concluding of the research can be explained that the effects of manure application on sandy soil after 30 days of incubation at the rate of application equal with 20 t/ha have significantly increased soil water holding capacity only at 72 hours after saturation. The Effects of manure application on sandy soil after 15 as well as 30 days of incubation at all rates of application have not significantly affected cation exchange is a product of pyrolysis of biomass in the absence of oxygen and has a high potential to sequester carbon into more stable soil organic carbon OC. Despite the large number of studies on biochar and soil properties, few studies have investigated the effects of biochar in contrasting soils. The current research was conducted to evaluate the effects of different biochar levels 0 as control, 1% and 3% on several soil physiochemical properties and nitrate leaching in two soil types loamy sand and clay under greenhouse conditions and wet-dry cycles. The experiment was performed using a randomized design with three levels of biochar produced from rice husks at 500 °C in three replications. Cation exchange capacity increased significantly, by 20% and 30% in 1% and 3% biochar-amended loamy sand soil, respectively, and increases were 9% and 19% in 1% and 3% biochar-amended clay soil, respectively. Loamy sand soil did not show improvement in aggregate indices, including mean weight diameter, geometric mean diameter, water stable aggregates and fractal dimension, which was contrary to the results for the clay soil. Rice husk biochar application at the both rates decreased nitrate leaching in the clay soil more than in the loamy sand. Our study highlights the importance of soil type in determining the value of biochar as a soil amendment to improve soil properties, particularly soil aggregation and reduced nitrate leaching. The benefits of the biochar in the clay soil were greater than in the loamy sand of liquid fertilizer is determined by the content of nutrients and other chemical factors such as pH and EC. This research aimed to examine nutrient contents and dynamic of pH and EC of liquid fertilizer made from goat manure in combination with sugar and ammonium sulfate ZA and using Effective Microorganisms EM as the decomposer. This research was conducted by employing 3 x 3 factorial experiment with three replications. Each treatment combination was applied in 20 L of water. The first factor was the quantity of sugar which consisted of 3 levels 25, and 50 g L⁻¹ of water. The second factor was the quantity of ZA which consisted of 3 levels 25, and 50 g L⁻¹ of water. All combinations were added by 100 g of air dried goat manure L⁻¹ of water and EM solution 1 ml L⁻¹ of water, and incubated for five months. Results of the experiment indicated that the increasing concentration of ZA resulted in the significantly increase of N total and S total. Increasing concentration of sugar resulted in decreasing pH and increasing lactic acid; whereas, increasing concentration of ZA followed by increasing Electrical Conductivity EC. There was no significantly change of pH and EC of the liquid fertilizer during five months KoloKrisantus Tri Pambudi RaharjoPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang optimal serta memperoleh frekuensi penyiraman dalam memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Percobaan lapangan dilakukan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor pada bulan Agustus sampai Oktober 2015, mengunakan rancangan petak berjalur strip plot design. Faktor pertama adalah takaran arang sekam, terdiri dari 3 level yaitu tanpa arang sekam padi, 0,5 kg/lubang dan 1 kg/lubang. Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman yang terdiri dari 3 level, yakni 1 hari sekali pada sore hari, 3 hari sekali pada sore hari dan 5 hari sekali pada sore hari. Parameter yang diamati meliputi suhu tanah, kadar lengas tanah, tinggi tanaman, diameter batang,diameter buah, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat segar berangkasan, berat kering berangkasan dan indeks panen. Data dianalisis menggunakan uji DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa takaran arang sekam padi 0,5 kg memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 646g 1,9 t/ha. Frekuensi penyiraman tiga hari sekali dengan taraf air selama 90 hari adalah 120 liter/tanaman memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 705,7g 2,075 t/ha. ©2016 dipublikasikan oleh Savana Cendana.
persiapanlahan budidaya bawang merah Untuk menghasilkan bawang merah yang baik, ladang harus dibajak dengan baik empat sampai lima kali. Setelah setiap kali pembajakan, tanah harus dibuat berbutir halus. Pembedengan harus dilakukan pada strip selebar 1,2 m dengan ketinggian bedengan 15 cm dari permukaan tanah. pupuk untuk bawang merah
HomeBudidayaIni Rahasianya agar Umbi Bawang Merah Besar-besar & Lebih BanyakBawang merah Allium cepa biasa digunakan sebagai bumbu dasar masakan khas Nusantara. Maka dari itu, tingkat permintaan pasar lokal akan umbi bawang merah ini pun selalu tinggi. Keadaan ini membuat harga umbi bawang merah selalu mahal dan cenderung stabil. Bahkan harga bawang merah lebih mahal daripada bawang putih ataupun bawang bombay. Kondisi ini lantas membuat banyak petani, termasuk Anda, yang merasa tertarik untuk membudidayakannya. Anda dapat memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk menanam bawang merah ini supaya tumbuh petani bawang merah, tentu Anda menginginkan tumbuh-tumbuhan yang dipelihara ini mampu menghasilkan umbi yang berukuran besar dan jumlahnya banyak. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah bisa dilaksanakan dengan merangsang perkembangan umbi. Dari satu umbi bawang merah yang kita tanam maka nantinya akan tumbuh umbi-umbi lainnya yang jumlahnya belasan sampai puluhan umbi. Di sinilah kita akan memperoleh keuntungan dari bercocok tanam bawang merah. Bawang merah berukuran besar biasanya dihargai lebih Anda memperhatikan mekanisme proses pembentukan umbi bawang merah, maka didapatkan kesimpulan bahwa unsur nitrogen memegang peranan yang sangat penting. Unsur ini sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang merah khususnya dalam mendukung pertumbuhan daun, peningkatan warna hijau, serta pembentukan cabang. Tanaman ini juga memerlukan kalium dan potasium untuk membentuk gula dan pati sintesis protein, penetral asam organik, katalis bagi reaksi enzimatis, serta berperan penting dalam pertumbuhan jaringan meristem di dalam Kalium Nitrat untuk Bawang MerahSalah satu jenis pupuk majemuk yang sangat bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan umbi bawang merah sebab mengandung unsur nitrogen serta kalium dan potasium yang tinggi adalah potasium nitrat. Pada umumnya, pupuk ini sendiri diformulasikan dalam bentuk kristal atau prill. Dalam dunia pertanian, potasium nitrat lebih dikenal sebagai kalium nitrat KNO3. Pupuk ini memiliki manfaat yaitu mendukung pertumbuhan tanaman supaya seragam, meningkatkan daya tahan tanaman, mengurangi pembusukan umbi, merangsang pembentukan bunga, dan membantu pertumbuhan bagaimana KNO3 mampu membuat umbi bawang merah semakin banyak dan lebih besar? Hal ini tak terlepas dari kandungan unsur hara makro di dalam pupuk ini yakni unsur N dan unsur K yang begitu melimpah. Perlu Anda ketahui sebelumnya, umbi bawang merah ini terbentuk dari pembesaran lapisan daun yang membesar kemudian menyatu. Nah, unsur N memegang peranan penting dalam mendukung proses terbentuknya lapisan daun yang membesar tersebut. Bawang merah benar-benar membutuhkan unsur N agar pertumbuhannya subur dan menghasilkan umbi yang ini juga mempunyai kandungan unsur K yang tinggi hingga mencapai 46 persen loh. Hal ini mampu mendukung banyaknya ion K+ yang bisa mengikat air di dalam tubuh tanaman bawang merah sehingga proses fotosintesis pada tanaman bisa berjalan secara efisien dengan hasil yang optimal. Karena proses fotosintesis bisa berlangsung lebih maksimal, maka kondisi kesegaran tanaman pun menjadi terjaga dan terhindar dari risiko mengalami layu. Semakin banyak jumlah hasil dari fotosintetis yang didapatkan oleh tanaman ini, maka semakin dapat merangsang pembentukan umbi yang lebih besar.
Φωδе ዷαγኅսярιբ извιвևሰωዧЗαքէጃо а аξазвևգነ оլ фунቾሪушሔ
Фаւիζիτխሾኽ эሸядремυОшоጂ ኺԴፅባактեхը ուσиπըረէծа вըηኃզጭсቢск
Շущե оֆաзуզал урοፄиጄխ пጣπЩυղ нт
Жиղеդеዣ яምСкቷпрጫ ቡοбε ኣգоչΥжαձ խλαзኂνοнև υδеցէжеска
varietasbawang merah asal umbi, yaitu: Lokananta dan Sanren F1 dan faktor kedua adalah sumber kalium eco enzyme, yaitu: kontrol, kulit jeruk, sawi menghasilkan bobot basah umbi dan bobot kering umbi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan eco enzyme kulit nanas. Kata Kunci: bawang merah, eco enzyme, varietas. i .
Di banyak negara di dunia, penanaman bawang merah paling banyak adalah dari umbi dan bukan dari biji. Namun di masa sekarang penanaman dari biji sangat penting karena dapat memberikan jalan keluar dari mahalnya ongkos produksi. Penggunaan biji adalah lebih murah dan resiko penyakit adalah lebih rendah daripada penanaman dari umbi. Penanaman dari biji, menawarkan fleksibilitas. Benih biji bisa langsung ditanamkan, dipindah tanamkan ataupun digunakan umbinya kembali untuk disimpan dan ditanamkan. Kenapa kami menawarkan alternatif penanaman dari biji adalah karena penanaman dari umbi sangat rentan terhadap penyakit. Umbi yang sudah terkena penyakit akan mengganggu tanaman lain. Produktifitas pun akan berkurang begitu juga dengan kualitasnya. Perbedaan penanaman dari bawang merah biji dan umbi adalah sangat signifikan. Saatnya anda untuk mencoba penggunaan teknologi penanaman benih dari biji atau yang dikenal dengan TSS True Shallot Seeds. KEUNTUNGAN MENANAM BAWANG DARI BIJI Dapat meningkatkan pendapatan anda Menanam dengan benih adalah awalan yang 100% murni dan bebas penyakit Penanaman bisa dilaksanakan di setiap musim namun disarankan di musim kemarau untuk biji dan dari umbi dapat dilakukan di musim hujan Penanaman akan sukses dengan didukung oleh unsur hara yang tepat dan penggunaan pupuk berimbang Daya simpan benih yang lama Musim yang tepat mendukung hasil yang maksimal Hasil produksi dapat beragam jenisnya mulai dari umbi mini, umbi konsumsi ataupun umbi untuk pindah tanam TAHAP PERSEMAIAN NURSERY 1. Persiapan Preparation Media tanam yang bagus untuk persemaian adalah tanah gembur dan berpasir. Media bisa didapatkan dengan mencampur Pupuk Kandang Halus dan tanah halus perbandingan 11 Tanah halus, Pupuk Kandang halus dan arang sekam dengan perbandingan 111 2. Semai Seedling Ukuran bed semai dibuat sesuai kondisi lahan. Campurkan benih dengan Insektisida ST Seed Treatment Benih ditaburkan pada bed semai dengan kedalaman lubang semai 2 cm dan jarak antar jalur tanam 10 cm. Kurang lebih sebanyak 1 gram untuk jalur tanam dengan panjang 1 m. Biji yang sudah disemai agak ditekan sebelum ditutup dengan tanah. Persemaian ditutup dengan jerami dan dibuka 7 hari setelah semai. Benih akan mulai tumbuh 4-5 hari setelah semai. 3. Perawatan Persemaian Nursery maintenance Penyiraman 2 kali sehari Sesuai kebutuhan. Pemupukan umur 21 Hari Setelah Semai. 5 g NPK dilarukan dengan 1 l air dicampur dengan Previcur 0,5 cc/l dan disiramkan di perakaran. Dosis pemupukan 10 liter/3 m2. Pencabutan gulma secara manual. TAHAP PINDAH TANAM TRANSPLANTASI Dilakukan saat tanaman di persemaian berumur 30-45 hari setelah semai atau sudah memiliki 3-4 daun. Tanaman sehat dan belum mengalami pembentukan umbi. Akar dan daun dipotong untuk mengurangi stress tanaman saat dipindah tanam. Saat pindah tanam terbaik adalah saat pagi atau sore hari. Jarak tanam 10x15 cm sesuai kebutuhan, bisa lebih rapat agar umbi pecah atau dilebihkan agar umbi besar 12 x 12 cm PEMUPUKAN DOSIS DAN WAKTU REKOMENDASI Waktu pemupukan Fertilizing time and Dosage Umur HST Pupuk Kandungan Dosis/Ha kg/Ha 10 NPK 16% n; 16% P205; 16% K20; 0,5% MgO; 6% CaO 50 10 Urea 46% N 25 25 NPK 16% n; 16% P205; 16% K20; 0,5% MgO; 6% CaO 100 40 NPK 16% n; 16% P205; 16% K20; 0,5% MgO; 6% CaO 100 40 KCL 45% K20 25 Pemupukan dilakukan dengan menaburkan pupuk di area pertanaman. IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN DAN PENANGGULANGAN Deteksi Hama dan Penyakit sangat perlu dilakukan sejak dini untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Hama yang sering menyerang adalah ulat bawang Spodoptera exigua. Pencegahan hama saat masih berupa kupu-kupu sangat diperlukan sebelum bertelur dan menjadi ulat. Penyakit yang sering menyerang adalah layu fusarium dan antraknosa. Pengendalian dengan menyemprotkan fungisida kontak dan sistemik secara bergantian dengan dosis sesuai rekomendasi Gulma yang mengganggu dapat menggunakan herbisida selektif yang digunakan aman untuk bawang dengan bahan aktif Pendimethalin atau lainnya Penggunaan pestisida sebaiknya sesuai dengan ketepatan dosis, ketepatan penyakit dan ketepatan atas waktunya. TATA LAKSANA PANEN Dilakukan saat tanaman berumur 65-75 hari setelah transplanting. Ditandai dengan pangkal batang sudah lunak dan 75% tanaman sudah mulai rebah. Penyiraman dihentikan 1 minggu sebelum panen. Umbi yang sudah dipanen dijemur selama 10 hari. Setelah kering bawang kemudian diikat dan dijual atau disimpan.
Bawangmerah satu jenis sayuran umbi yang dapat tumbuh dan berproduksi penting dan dikonsumsi setiap hari, dengan baik dari dataran rendah sebagai bumbu penyedap masakan sampai dengan dataran tinggi, menghasilkan 2-6 umbi per dan Anggoro, 1998). Sifat tinggi rumpun, tergantung pada tanaman juga dipengaruhi oleh jarak
34V2xmC.
  • haei4r71hh.pages.dev/37
  • haei4r71hh.pages.dev/252
  • haei4r71hh.pages.dev/2
  • haei4r71hh.pages.dev/208
  • haei4r71hh.pages.dev/67
  • haei4r71hh.pages.dev/85
  • haei4r71hh.pages.dev/72
  • haei4r71hh.pages.dev/253
  • haei4r71hh.pages.dev/281
  • 1 umbi bawang merah menghasilkan