Berikutkami tampilkan beberapa cara menanam bawang merah yang baik di bawah ini. 1. Tahap Penanaman Agar dapat menghasilkan umbi dengan kuantitas dan kualitas yang baik, diperlukan teknik penanaman yang tepat, yang meliputi: waktu tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, teknik menanam, penyiraman, penyiangan dan penggemburan tanah,
The research aims to assess the response to the growth and production of onion against of liquid organic fertilizer from cow biourie in some concentrations and to get the best concentration for the growth and production of red onion. The research was conducted atfield experimental in Pandu, North Minahasa regency from May to July 2014. The experiment was designed using a randomized block design. The treatment was concentration of cow biourine namely 0% B1 10%, B2 20%, B3 30%, B4 40% and B5 50%. Each treatment was replicated three times. Characters observed were plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Data was analyzed using analysis of variance. The result showed that the biourine concentration had significant effect on plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Treatment of B1, B2, B3 and B4 concentration were not significant difference at plant height. However, those four treatments were significantly different compared to B0 and B5. The fives treatment differed with the control on characters of number of leaves, number of tuber andfresh weight of tuber with leaves. On character of tuber dry weight, B2 treatment was significant difference compared to control whereas the other treatments were not significantly differed. On character of tuber diameter, three treatments were significant difference compared to the control namely B2, B4 and B5. Keywords Allium ascalonicum L, biourine cow, fertilizer, growth and production Figures - uploaded by Jeanne Martje PaulusAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Jeanne Martje PaulusContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 142 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH Allium ascalonicum L. BERBASIS APLIKASI BIOURINE SAPI GROWTH AND PRODUCTION OF ONION Allium ascalonicum L. BASED ON APPLICATION OF COW BIOURINE Olvie G. Tandi1, Jeanne Paulus2 dan Arthur Pinaria2 1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 2Fakultas Pertanian Unsrat Manado, 95115 ABSTRACT The research aims to assess the response to the growth and production of onion against of liquid organic fertilizer from cow biourie in some concentrations and to get the best concentration for the growth and production of red onion. The research was conducted atfield experimental in Pandu, North Minahasa regency from May to July 2014. The experiment was designed using a randomized block design. The treatment was concentration of cow biourine namely 0% B1 10%, B2 20%, B3 30%, B4 40% and B5 50%. Each treatment was replicated three times. Characters observed were plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Data was analyzed using analysis of variance. The result showed that the biourine concentration had significant effect on plant height, number of leaves, tuber diameter, number of tuber, fresh weight of tuber with leaves and dry weight of tuber. Treatment of B1, B2, B3 and B4 concentration were not significant difference at plant height. However, those four treatments were significantly different compared to B0 and B5. The fives treatment differed with the control on characters of number of leaves, number of tuber andfresh weight of tuber with leaves. On character of tuber dry weight, B2 treatment was significant difference compared to control whereas the other treatments were not significantly differed. On character of tuber diameter, three treatments were significant difference compared to the control namely B2, B4 and B5. Keywords Allium ascalonicum L, biourine cow, fertilizer, growth and production ABSTRAK Penelitian bertujuan mengkaji respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pemberian pupuk organik dari biourine sapi pada berbagai konsenrtasi dan mendapatkan konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan di Pandu, Kabupaten Minahasa Utara dari Mei hingga Juli 2014. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan acak konsentrasi biourine sapi yaitu 0% B1 10%, B2 20%, B3 30%, B4 40% dan B5 50%.Setiap perlakuan diulang tiga kali. Karakter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, jumlah umbi, berat umbi segardengan daun dan berat umbi kering. Data dianalisis menggunakan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi biourine memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter umbi, jumlah umbi, berat umbi segardengan daun dan berat umbi kering dengan daun. Perlakuan konsetrasi B1, B2, B3 dan B4 tidak ada perbedaan yang signifikan pada tinggi tanaman. Namun, empat perlakuan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan B0 dan B5. Lima perlakuan berbeda nyata dengan kontrol pada karakter jumlah daun, jumlah umbi dan berat segar umbi dengan daun. Pada karakter berat umbi kering dengan daun, perlakuan B2 berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kontrol sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda secara signifikan. Pada karakter diameter umbi, tiga perlakuanyaitu B2, B4 dan B5memberikan pengaruh yang signifikan dibanding dengan kontrol. Kata kunci Allium ascalonicum L, biourine sapi, pemupukan, pertumbuhan dan produksi Volume 21 No. 3 Oktober 2015 143 PENDAHULUAN Bawang merah Allium ascalonicum L. merupakan salah satu komoditas utama sayurandi Indonesia dan mempunyai banyak manfaat. Bawang termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu pe-nyedap makanan serta bahan obat tradisional. Ber-dasarkan data dari the National Nutrient Database bawang merah memiliki kandungan karbohidrat, gula, asam lemak, protein dan mineral lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia Waluyo dan Sinaga, 2015 . Pengembangan bawang merah di Sulawesi Utara tersebar di beberapa kabupaten dan kota seperti Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, Bolaang Mongondow, Bolang Mongondow Timur, Kota Kotamobagu dan Kota Bitung. Daerah-daerah ini tersebar di dataran rendah sampai dataran tinggi atau memiliki ketinggian tempat dari 0 – 800 mdpl Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, 2014. Keberadaan hewan ternak di Sulawesi Utara, sebagian besar belum dikelola sesuai per-untukannya dan terkesan dipelihara secara liar ada yang diikat/dilepas pada lahan-lahan kosong. Ber-dasarkan hal tersebut di atas, maka dipandang perlunya sistem pertanian terpadu antara ternak dan sayuran yang dapat diterapkan di kawasan ini. Pertanian terpadu hortikultura dan ternak dapat mengurangi biaya produksi karena sisa sayuran akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedang-kan kotoran ternak dapat dijadikan pupuk organic bagi tanaman hortikultura. Produksi umbi bawang merah dengan daun tahun 2012 di Sulawesi Utara sebesar 5,301 ton dengan luas panen sebesar 680 hektar dan rata-rata produktivitas sebesar 7,80 ton/ha. Pada tingkat Nasional, rata-rata produksi bawang merah mencapai 10,7 t/ha. Potensi hasil di tingkat Balai Penelitian Sayuran Balitsa Lembang untuk dua varietas Sembrani dan ditanam pada kebun visitor plot. Varietas Sembrani, potensi hasil 9,0-24,4 ton/ha, dan dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan altitude 6-80 m dpl. Sedangkan varietas Trisula potensi hasil ton/ha Badan Litbang Pertanian, 2013b. Berdasar-kan data tersebut di atas menunjukkan produksi rata-rata bawang merah di Sulawesi Utara masih jauh berbeda dibandingkan dengan rata-rata Nasional maupun di tingkat Litbang Pertanian dan produksi masih berpeluang untuk dapat ditingkat-kan. Beberapa penelitian yang memanfaatkan biourine sapi sebagai pupuk organik yang dikom-binasikan dengan pupuk anorganik dapat mening-katkan hasil tanaman. Menurut Sutari 2010 bahwa biourine sapi dengan konsentrasi 200 ml/ha air menunjukkan hasil tanaman sawi hijau yang paling baik. Penelitian Adijaya 2008, kombinasi pupuk organik padat dan pupuk organik cair RB 5 t ha-1 + 7500 l ha-1 urine sapi, konsentrasi 20% memberi-kan produksi bawang merah tertinggi sebesar 10,37 ton ha-1 atau meningkat sebesar 60,77% dibanding-kan dengan tanpa pupuk organik. Penelitin ini bertujuan mengkaji respon pertumbuhan dan produksi bawang merah terhadap pemberian pupuk organik dari biourine sapi pada berbagai konsentrasi dan mendapatkan konsetrasi biourine sapi terbaik untuk pertumbuhan dan produksi bawang merah. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Pandu selama tiga bulan terhitung mulai bulan Mei 2014 sampai dengan Juli 2014. Bahan digunakan pada penelitian ini yaitu bawang merah varietas Bima yang diperoleh dari pedagang benih di Pasar Bersehati Manado, pupuk Ponska, SP-36, Pupuk kotoran ayam, dan bahan untuk membuat biourie sapi urea, EM-4, temu-lawak, kunyit, jahe, gula pasir dan urin sapi segar. Alat yang digunakan berupa cangkul, sekop, meteran, timbangan, gelon sebagai wadah urine sapi, drum plastik berkapasitas 200 liter, gelas ukur, ember plastik, gembor, kamera dan alat tulis menulis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK. Susunan perlakuan terdiri atas 6 perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 18 plot dengan ukuran 4 m x 1,2 m. Masing-masing per-lakuan konsentrasi biourine adalah sebagai berikut Tandi, dkk. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah ……….…….. 144 Kontrol B0, 10% B1, 20% B2, 30% B3, 40% B4 dan 50% B5. Prosedur Kerja Tahapan yang dilakukan dalam pelaksana-an penelitian ini adalah sebagai berikut Persiapan Kegiatan di awali dengan proses pembuatan urine segar menjadi biourine lewat fermentasi. Me-nurut Pustaka Indonesia 2008 proses pembuatan urine menjadi biourine dengan proses fermentasi 1 EM-4 sebagai stater fermenter 250 ml, gula pasir 1 kg, urea 1 kg dilarutkan dalam air jernih se-banyak 10 liter kemudian masukkan ke dalam drum yang berisi urine segar sebanyak 150 liter. 2 Lengkuas, kencur, kunyit, temulawak dan jahe masing-masing 0,5 kg dihancurkan dan masukan juga ke dalam drum urine. Setelah tercampur ke-mudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastik ditutup rapat. 3 Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari. 4 Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa dipakai pada aquarium untuk meniriskan urine dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2 m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas amoniak, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan diberi pupuk biourine tersebut. Kemu-dian pupuk cair ini siap digunakan. U rine sapi se-belum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi se-telah difermentasi menjadi biourine warnanya ber-ubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau urine. Pengolahan Tanah Lahan pertanian dibersihkan dari gulma dan tanaman pengganggu lainnya, kemudian diolah sampai gembur menggunakan traktor. Setelah itu dibuat plot percobaan ukuran 4 m x 1,2 m dengan ketinggian 20-30 cm, jarak antar bedengan adalah 40 cm. Luas plot percobaan adalah 4,8 m2. Pemupukan Pupuk dasar berupa pupuk kandang dari kotoran ayam 20 ton/ha diberikan 2 minggu se-belum penanaman sebanyak 9,6 kg/plot dan pupuk anorganik berupa ponska 300 kg/ha atau 144 g/plot diberikan 2 kali yaitu saat penanaman dan saat tanaman berumur 15 hst dan SP-36 100 kg/ha atau 48 g/petak diberikan saat penanaman atau pupuk dasar. Penamaman Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dengan kedalaman 3-5 cm dan tiap lubang diisi 1 siung bawang. Bawang di tanam menggunakan jarak 20 x 20 cm Muku, 2002. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan gembor atau menyesuaikan dengan kondisi cuaca saat penanaman. Penyulaman Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7-10 hari sesudah tanam. Tujuannya untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh/mati. Ap likas i Bio u rine Biourine diberikan dalam bentuk beberapa konsentrasi sesuai perlakuan penelitan telah di-encerkan terlebih dahulu dengan air dan jumlah takaran yang diberikan adalah 7000 liter/ha Adijaya, 2008 atau 3,6 liter/plot. Pengambilan Sampel dan Pengamatan Karakter yang diamati adalah 1 Tinggi tanaman dilakukan mulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi yang diluruskan secara vertikal ke atas. Di ukur pada saat tanaman me-masuki umur panen; 2 Jumlah daun dengan cara menghitung jumlah daun per tanaman pada setiap perlakuan; 3 Diameter umbi bawang diukur dengan menggunakan jangka sorong pada saat panen; 4 Jumlah umbi bawang per petak dihitung pada saat panen; 5 Berat segar umbi dengan daun per petak ditimbang saat panen; 6 Berat umbi kering dengan daun per petak ditimbang setelah umbi dikering anginkan selama 2 minggu. Volume 21 No. 3 Oktober 2015 145 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan jika terda-pat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf signifikan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman cm Berdasarkan hasil analisis sidik ragam p ABSTRACT The use of inorganic fertilizers to increase crop productivity can be suppressed by switching it to organic fertilizers. The abundance of cow urine waste can be used as organic fertilizer and to be used as biourine. This study was aimed at determining the effect of biofertilizers and molasses toward biourine quality and its effect on productivity of pakchoy. This research was conducted in UPT Compost Brawijaya University, and glasshouses in Sukapura Village, Probolinggo in August to November 2016. This research consisted of two steps. First production of biourine with the addition of organic material such as molasses, biofertilizers, and empon-empon namely turmeric, galangal, and Kaempferia galanga, which consists of 12 treatments with 3 replications arranged in a completely randomized design, and application of biourine on pakchoy consisting of 6 treatments control, doses of 200, 300, 400, 500, and 600 ml L-1 with three replications. The results of first step showed E1 treatment 10 L biourine + 30 ml + 750 ml molasses can improve N-total 860%, organic matter 282%, and population of microbe 1229% . The best biourine in first research E1 treatment was applied with dose 600 ml L-1 showed the best result. It showed to increase the number of leaves as much as 48% and the fresh weight of pakchoy by 405% when compared to no biourine treatment. Keywords biofertilizer, inceptisols, soil health, and population of microbe ABSTRAK Penggunaan pupuk anorganik untuk meningkatkan produktivitas tanaman dapat ditekan dengan beralih menggunakan pupuk organik. Melimpahnya limbah urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dengan dijadikan biourin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk hayati dan molase terhadap kualitas biourin dan pengaruhnya terhadap produktivitas pakchoy. Penelitian dilakukan di UPT Kompos Universitas Brawijaya, dan rumah kaca di Desa Sukapura, Probolinggo pada bulan Agustus sampai Nopember 2016. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, pertama pembuatan biourin dengan penambahan bahan organik berupa molase, pupuk hayati, dan empon-empon kunyit, lengkuas, dan kencur yang terdiri dari 12 taraf perlakuan dengan 3 ulangan pada Rancangan Acak Lengkap, dan kedua pengaplikasian biourin pada tanaman pakchoy yang terdiri dari 6 taraf perlakuan kontrol, dosis 200, 300, 400, 500, dan 600 ml L-1 dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian tahap pertama menujukkan perlakuan E1 10 L urin + 30ml pupuk hayati + 750ml molase mampu meningkatkan N-total 860%, bahan organik 282%, dan populasi mikroba sebesar 1229%. Aplikasi biourin terbaik pada penelitian tahap 1 perlakuan E1 dengan dosis 600 ml L-1 pada tanaman pakchoy menunjukkan hasil terbaik, ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah daun sebanyak 48% dan bobot basah tanaman sebesar 405% jika dibandingkan tanpa pemberian biourin. Kata kunci inceptisol, kesuburan tanah, mikroba, dan pupuk organik cair
BudidayaBawang Merah (Allium cepa var. bauji) Menggunakan Ukuran Umbi Sedang di UPT Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (PATPH) Lebo Sidoarjo, Nur Khilmiatus Sa’adah, Nim A31180588, Tahun 2021, 5 Hlm, Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Refa Firgiyanto, Sp, M.Si (Dosen Pembimbing) dan Faridah, S.P, M.Agr (Pembimbing
Shallot production in Central Sulawesi recorded a decline from tons, between 2017-2018. However, the use of an accurate composition of the planting medium serves as a possible alternative to boost the yield. Also, the introduction of organic matter tends to increase the nutrient content, influence the aeration, and subsequently leads to drainage. This study is aimed at determining the effect of plant media composition on shallot growth and yield. A randomized block design comprising 4 treatments, termed soil composition, husk charcoal, and goat manure. Each treatment was repeated at 5 times to achieve 20 experimental units. The results showed that the plant media composition indicated a significant effect on the parameters of plant height at age 4 and 6 Weeks After Plantings WAP, quantities of leaves aged 4 WAP, tillers aged 6 WAP as well as tubers per clump. Similar impacts were also reported on plant height at 2 WAP, the number of leaves aged 2 and 6 WAP, fresh tuber weight, tuber diameter, accumulated weight loss, root length, and available moisture content. Furthermore, the addition of husk charcoal and manure at a volume ratio of soil husk charcoal manures = 211, tends to increase the quantities of leaves, tillers, tubers per clump, as well as plant height, fresh tuber weight, and shallot bulb diameter. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, No. 1, June 2021, pp. 38–43 ISSN 2655-7924 Print ISSN 2614-7416 Online doi © 2021 Agrotechnology Research Journal Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Effects of Planting Media Composition on the Growth and Yield of Shallot Sugianto1, Kamelia Dwi Jayanti2* 1-2Department of Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Universitas Sintuwu Maroso, Poso, Sulawesi Tengah, 94612, Indonesia Received 29 September 2020; Accepted 21 May 2021; Published 30 June 2021 ABSTRACT Shallot production in Central Sulawesi recorded a decline from tons, between 2017-2018. However, the use of an accurate composition of the planting medium serves as a possible alternative to boost the yield. Also, the introduction of organic matter tends to increase the nutrient content, influence the aeration, and subsequently leads to drainage. This study is aimed at determining the effect of plant media composition on shallot growth and yield. A randomized block design comprising 4 treatments, termed soil composition, husk charcoal, and goat manure. Each treatment was repeated at 5 times to achieve 20 experimental units. The results showed that the plant media composition indicated a significant effect on the parameters of plant height at age 4 and 6 Weeks After Plantings WAP, quantities of leaves aged 4 WAP, tillers aged 6 WAP as well as tubers per clump. Similar impacts were also reported on plant height at 2 WAP, the number of leaves aged 2 and 6 WAP, fresh tuber weight, tuber diameter, accumulated weight loss, root length, and available moisture content. Furthermore, the addition of husk charcoal and manure at a volume ratio of soil husk charcoal manures = 211, tends to increase the quantities of leaves, tillers, tubers per clump, as well as plant height, fresh tuber weight, and shallot bulb diameter. Keywords Goat manure; Rice husk charcoal; Soil moisture; Soil structure Cite this as CSE Style Sugianto, Jayanti KD. 2021. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Agrotechnology Res J. 51 38–43. PENDAHULUAN Bawang merah sebagai bumbu penyedap masakan dan obat tradisional sehingga banyak diminati masyarakat. Permintaan bawang merah akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat Dewi dan Sutrisna 2016. Konsumsi bawang merah dalam rumah tangga selama periode tahun 2002 - 2021 relatif berfluktuasi namun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. pada tahun 2018 konsumsi bawang merah sekitar 2,764 kg/kapita/tahun atau naik sebesar 7,52 % dibandingkan tahun sebelumnya Manurung 2019. Penanaman bawang merah pada umumnya dilakukan di lahan yang cukup luas, namun untuk skala rumah tangga, budidaya bawang merah dapat dilakukan dalam polybag dengan menggunakan berbagai media tanam yang ada. Media tanam merupakan substansi tempat akar tanaman tumbuh, mengekstrak air dan unsur hara Landis et al. 2014. Menurut Center for Agriculture Food and the Environment 2020 media tanam harus terdiri dari campuran komponen yang menyediakan air, udara, unsur hara dan penunjang bagi tanaman. Budidaya yang dilakukan dalam skala rumah tangga biasanya menggunakan tanah mineral yang berasal dari pekarangan rumah. Tanah mineral yang berasal dari pekarangan rumah pada umumnya kurang subur dan padat sehingga tidak cukup mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Oleh karena itu perlu penambahan bahan organik sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan kondisi media tanam yang optimum bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa bahan organik yang dapat dikombinasikan dengan tanah sebagai media tanam adalah pupuk kandang dan arang sekam padi. Pupuk kandang selain dapat menambah ketersediaan hara pada media tanam, dapat meningkatkan porositas tanah dan kemampuan media tanam menyimpan air. Hasil penelitian Zulkarnain et al. 2013 dan Surya et al. 2017 menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik mampu meningkatkan porositas, kandungan C-organik tanah, menurunkan berat isi dan berat jenis, serta meningkatkan kemantapan agregat, porositas tanah dan kadar air pF 4,2. Sekam bakar dapat digunakan sebagai bahan tanam bawang merah karena memiliki struktur gembur, drainase dan aerasi yang baik sehingga mendukung akar dalam penyerapan unsur hara Andalasari et al. 2017. Arang sekam padi memiliki sifat porous sehingga *Corresponding Author E-Mail Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah dapat meloloskan air dengan baik. Arang sekam padi berpengaruh terhadap suhu tanah, kadar lengas tanah dan produksi tomat Kolo dan Raharjo 2016. Beberapa penelitian tentang komposisi media tanam telah dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan produksi tanaman. Hasil penelitian Juniyati et al. 2016 menunjukkan bahwa komposisi tanah timbunan, arang sekam dan pupuk padat sapi 113 menghasilkan produksi kangkung darat tertinggi, sedangkan hasil penelitian Syawal et al. 2019 bahwa komposisi media 60% tanah berbanding 40% pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot segar dan bobot kering umbi bawang merah. Jenis dan komposisi bahan organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, namun informasi tentang peningkatan proporsi bahan organik pada media tanam yang digunakan khususnya pada budidaya bawang merah dalam polybag masih kurang. Kebaharuan penelitian ini yaitu komposisi tanah dan bahan organik dalam media tanam pada bawang merah dalam polybag. Penelitian bertujuan untuk mengkaji proporsi atau komposisi bahan organik dalam tanah mineral, dan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas bawang merah. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Betaua, Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah, Indonesia. Bahan yang digunakan antara lain umbi bawang merah varietas Lembang Jumbo, pupuk kandang kambing dan arang sekam padi. Alat yang digunakan antara lain meteran, timbangan digital, cangkul, pisau, ember, polybag, jangka sorong dan alat tulis menulis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan berupa perbandingan komposisi tanah, arang sekam dan pupuk kandang kambing, sebagai berikut M1 = tanah arang sekam pupuk kandang 111 M2 = tanah arang sekam pupuk kandang 211 M3 = tanah arang sekam pupuk kandang 121 M4 = tanah arang sekam pupuk kandang 112 Perbandingan yang digunakan dalam menentukan komposisi dalam media tanam adalah perbandingan volume. Perlakukan M1, digunakan 1 ember tanah, ditambah 1 ember arang sekam dan 1 ember pupuk kandang kambing. Ketiga bahan tersebut kemudian dicampur hingga homogen, setelah itu dimasukkan ke dalam polybag. Perlakuan lainnya juga ditakar menggunakan cara yang sama, yaitu menggunakan perbandingan volume. Tiap percobaan diulang sebanyak 5 kali, sehingga terdapat 20 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 6 polybag sehingga total polybag yang digunakan adalah 120 polybag. Tiap polybag ditanami satu umbi bawang merah. Variabel pengamatan meliputi Tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan tambahan yang diamati pada umur 2, 4 dan 6 Minggu Setelah Tanam MST, jumlah umbi per rumpun, bobot umbi segar, diameter umbi, akumulasi susut bobot diamati pada 1, 2 dan 3 Minggu Setelah Penyimpanan MSP, panjang akar dan kadar lengas tersedia media tanam dengan pengambilan sampel media tanam untuk dilakukan pada saat panen, sebelum tanaman dicabut dari polybag. Pengambilan sampel media tanam untuk semua unit percobaan dilakukan pada hari yang sama, yaitu pada pukul Sampel media tanam untuk tiap perlakuan diambil secara acak kemudian dikompositkan. Kadar lengas tersedia = kadar lengas kapasitas lapangan – kadar lengas titik layu permanen Kadar lengas kapasitas lapang dan kadar lengas titik layu permanen diukur menggunakan metode Gravimetri dengan rumus sebagai berikut 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑠 = 𝑏 − 𝑎− 𝑐 − 𝑎𝑐 − 𝑎 𝑥100% dengan a= bobot wadah kosong, b= bobot tanah awal, c= bobot tanah setelah dioven pada suhu 105 0C selama 24 jam. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam berdasarkan uji F, kemudian dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test pada taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman Tabel 1. Tinggi tanaman tertinggi diperoleh dari media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 211 Tabel 2. Komposisi 211 merupakan komposisi paling ideal dan menghasilkan struktur media tanam yang sesuai bagi pertumbuhan bawang merah. Campuran beberapa bahan untuk media tanam harus menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda bagi tanaman Syahputra et al. 2014. Selain membentuk struktur tanah yang lebih gembur, pupuk kandang dan arang sekam menyediakan hara yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang kambing mengandung hara kalium yang relatif lebih tinggi, namun kadar hara N dan P hampir sama dengan pupuk kandang lainnya Hartatik dan Widowati 2006, sedangkan arang sekam mengandung C sebesar 18,62%, O sebesar 43,11% dan Si sebesar 37,43% Armynah et al. 2018. Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Jumlah daun terbanyak media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 211 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Unsur hara yang diperoleh dari pupuk kandang kambing dan arang sekam dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Hasil analisis Sunaryo et al. 2018 menunjukkan bahwa pupuk kandang kambing mengandung N total 1,150,11%, P2O5 total 1,100,14%, K2O total 2,790,16%, Ca total 1,560,09%, Mg total 0,420,06%. Arang sekam padi memiliki pH berkisar 7,23 – 8,38, mengandung P total 0,95 – 1,71 K total 12,0 – 20,9 Ca total 1,58 – 3,34 Mg total 0,51 – 1,68 dan kapasitas tukar kation 3,10 – 7,08 cmol+. Tsai dan Chang 2020. Selain itu, pemberian bahan organik berupa pupuk organik dan arang sekam dapat menciptakan kondisi aerasi dan drainase yang baik dalam media tanam. Menurut Blok 2017, pada Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah umumnya partikel organik memiliki sifat yang berbeda. dengan partikel mineral karena memiliki porositas internal yang mempengaruhi penyimpanan air dan udara. Komposisi media tanam berpengaruh terhadap jumlah anakan umur 6 MST Tabel 1. Perlakuan terbaik adalah media tanam dengan komposisi tanah pupuk kandang arang sekam sebesar 211. Hasil serupa dapat dilihat pada penelitian Kurnianingsih et al. 2019 namun dengan penggunaan media tanam tanah dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 31 dapat meningkatkan jumlah anakan per rumpun. Penambahan pupuk kandang dan arang sekam selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, juga dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, sehingga jangkauan akar dalam menyerap hara, air dan udara lebih optimal. Pupuk kandang kambing mengandung N total 1,15±0,11%, P2O5 total 1,10±0,14%, K2O total 2,79±0,16%, Ca total 1,56±0,09%, Mg total 0,42±0,06%, S total 2050±16,09 ppm Sunaryo et al. 2018, sedangkan arang sekam padi mengandung mineral Si yang tinggi, C, O dan K serta memiliki porositas makro dengan skala 1-10 Varela et al. 2013. Sifat fisik tanah yang baik berdampak pada perkembangan akar yang lebih dalam dan luas sehingga daya serap hara dan air yang dibutuhkan tanaman juga semakin baik dan pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan tanaman Kantikowati et al. 2019. Hasil penelitian Ramli et al. 2016 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki bulk density, agregat tanah, kadar air kapasitas lapang dan porositas tanah. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Ghorbani et al. 2019 bahwa tanah yang diberikan arang sekam padi mengalami peningkatan kapasitas tukar kation sebesar 19-30% dan peningkatan porositas sebesar 7,45-33,66% dibandingkan tanah yang tidak diberi arang sekam padi. Proporsi arang sekam dan pupuk kandang dalam media tanam berbanding terbalik dengan parameter hasil bawang merah. Jumlah, bobot segar dan diameter umbi bawang merah mengalami penurunan dengan semakin banyaknya proporsi arang sekam maupun pupuk kandang dalam media tanam. Hal ini dikarenakan media tanam yang proporsi arang sekam dan pupuk kandangnya lebih banyak dibandingkan tanah mineral menyerap dan menahan air lebih banyak dari pada yang dibutuhkan tanaman sehingga mengganggu pembentukan umbi bawang merah. Sekam padi memiliki kapasitas menahan air sebesar 251%, namun ketika sekam padi mengalami proses karbonisasi menjadi arang sekam maka kapasitas menahan airnya meningkat menjadi 353% Varela et al. 2013, sedangkan penambahan pupuk kandang dalam media tanam meningkatkan kapasitas menahan air dua kali lipat dibandingkan dengan penambahan kompos Vengadaramana dan Jashothan 2012. Umami et al. 2011, menyatakan bahwa kadar air yang terlalu tinggi dalam tanah dapat menghambat pembentukan umbi, sehingga bobot umbi cenderung rendah. Bawang merah lebih sensitif terhadap tekanan air selama pembentukan dan pembesaran umbi daripada selama tahap vegetatif Khokhar 2017. Kondisi kelebihan air yang dialami bawang merah dalam jangka waktu yang lama menyebabkan penurunan bobot kering umbi Sudarma dan Proklamita 2012, namun bobot basah dan bobot kering umbi akan meningkat dengan berkurangnya frekuensi penyiraman Ariska dan Rachmawati 2017. Susut bobot umbi disebabkan oleh adanya proses penguapan dan respirasi yang terjadi pada saat umbi disimpan. Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap akumulasi susut bobot umbi bawang merah. Akumulasi susut bobot tertinggi untuk semua umur penyimpanan diperoleh dari media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 112 Tabel 3. Pupuk kandang memiliki kemampuan menyimpan air yang baik, sehingga proporsi pupuk kandang yang lebih banyak dibandingkan bahan mineral menyebabkan kadar air yang tersimpan dalam tanah lebih banyak. Pupuk kandang kambing mengandung bahan organik sebanyak 31% dengan rasio C/N sebesar 20-25% Hartatik dan Widowati 2006, KTK 23,942 g Lumbanraja dan Harahap 2015, bulk density 750 kg m-3, kandungan lengas 58,30%, kapasitas pegang air 3,00 g air/g sampel kering dan porositas 41,57% Khater 2015. Hasil penelitian Intara et al. 2011 menunjukkan bahwa kadar air tersedia pada tanah yang ditambahkan bahan organik lebih tinggi dibandingkan tanpa bahan organik. Tanah yang terlalu lembap menyebabkan kadar air dalam umbi juga makin banyak, sehingga ketika disimpan terjadi penyusutan bobot yang tinggi. Susut bobot dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan kadar air dalam umbi, makin tinggi suhu ruang penyimpanan dan kadar air dalam umbi maka makin besar pula nilai susut bobot umbi Mutia et al. 2017.Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap peubah pertumbuhan bawang merah Keterangan MST = Minggu Setelah Tanam; MSP = Minggu Setelah Panen; * = nyata; ** = sangat nyata; tn = tidak nyata Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah Tabel 2. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap tinggi, jumlah daun, dan jumlah anakan bawang merah pada umur 2, 4, dan 6 minggu setelah tanam MST Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Tabel 3. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap jumlah, bobot segar, diameter, dan akumulasi susut bobot umbi bawang merah Akumulasi susut bobot g pada Minggu Setelah Penyimpanan MSP Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Akar terpanjang pada media tanam dengan komposisi tanah arang sekam pupuk kandang 112, berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya Tabel 4. Arang sekam dan pupuk kandang yang ditambahkan ke media tanam dapat menurunkan bulk density tanah dan menciptakan pori-pori makro yang menyebabkan akar lebih mudah berpenetrasi dan tumbuh memanjang. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Kusuma et al. Kusuma et al. 2013, yaitu penambahan arang sekam pada proporsi penambahan 50% menghasilkan akar lateral terpanjang. Pupuk organik mampu menurunkan berat jenis tanah yang menyebabkan tanah menjadi ringan sehingga memberikan kondisi yang baik untuk perkembangan akar dan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil Yahumri et al. 2015. Menurut Agustin et al. 2014, penambahan arang sekam padi meningkatkan ketersediaan pori makro, sehingga akar dapat menembus dan daerah pemanjangan akar semakin luas, sedangkan menurut Loss et al. 2019 pemberian pupuk kandang menurunkan bulk density tanah, meningkatkan agregasi dan volume pori-pori tanah karena bahan organik memiliki kepadatan partikel yang lebih rendah daripada partikel mineral. Selanjutnya menurut Blok Blok 2017, pengaruh fisik langsung dari pencampuran partikel organik dan mineral adalah peningkatan ruang pori total, akibat pembentukan agregat tanah yang lebih kompleks. Selain mempengaruhi sifat fisik media tanam, arang sekam juga dapat mendukung pertumbuhan tanaman karena mengandung hara antara lain C 77,9±5,9%, H 3,5±0,1%, S 0,30±0,05%, O 18,3±9,4% dan memiliki pH sebesar 8,9 Theeba et al. 2012. Kadar lengas tersedia tertinggi diperoleh dari media tanam dengan kombinasi tanah arang sekam pupuk kandang=112, namun berbeda tidak nyata dengan media tanam kombinasi tanah arang sekam pupuk kandang=121. Salah satu sifat bahan organik adalah mampu mengikat dan menyimpan air, sehingga semakin besar proporsi bahan organik dalam media tanam menyebabkan semakin besar pula air yang tersimpan dalam media tanam tersebut. Sejalan dengan pendapat Hardjowigeno 2015, yaitu bahwa bahan organik merangsang granulasi, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, sehingga drainase tidak berlebihan. Terjadi pembentukan agregat tanah yang lebih kompleks ketika partikel organik dikombinasikan dengan partikel mineral sehingga mengakibatkan berat volume rendah, kandungan dan retensi air tinggi serta laju infiltrasi tinggi Blok 2017. Tabel 4. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap panjang akar bawang merah Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Tabel 5. Pengaruh komposisi media tanam tanah, arang sekam, dan pupuk kandang terhadap kadar lengas tersedia Kadar lengas tersedia % Keterangan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan taraf 5% Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah Kadar lengas yang tinggi pada media tanam berdampak negatif pada hasil tanaman bawang merah. Hal ini terlihat pada parameter bobot segar dan akumulasi susut bobot setelah penyimpanan. Peningkatan proporsi bahan organik dalam media tanam diikuti oleh peningkatan jumlah lengas yang dapat ditahan dalam media tanam tersebut, namun setelah mencapai nilai maksimum kapasitas menahan air menurun seiring meningkatnya jumlah bahan organik. Secara umum, retensi air meningkat seiring dengan peningkatan jumlah bahan organik dalam tanah Varela et al. 2013. Kadar lengas kapasitas lapangan merupakan jumlah lengas yang ideal untuk menghasilkan pertumbuhan bawang merah yang optimal, sedangkan kadar lengas yang kurang atau lebih dari kapasitas lapangan malah akan menurunkan bobot segar umbi Anshar et al. 2011. KESIMPULAN Komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan dan hasil bawang merah. Komposisi tanah arang sekam pupuk kandang dengan proporsi 211 menghasilkan pertumbuhan dan hasil bawang merah terbaik, meskipun berbeda tidak nyata dengan komposisi 111. Proporsi arang sekam dan pupuk kandang kambing yang lebih banyak dibandingkan tanah mineral dalam media tanam cenderung menurunkan hasil bawang merah. DAFTAR PUSTAKA Agustin AD, Riniarti M, Duryat. 2014. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji dan arang sekam padi sebagai media sapih untuk cempaka kuning Michelia Champaca. J Sylva Lestari. 2349–58. Andalasari TD, Widagdo S, Ramadiana S, Purwati E. 2017. Pengaruh media tanam dan Pupuk Organik Cair POC terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Allium Ascalonicum L.. In Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian; 7 September 2017; Palembang, ID. Palembang ID Politeknik Negeri Lampung. p. 28–34. Anshar M, Tohari, Sunarminto BH, Sulistyaningsih E. 2011. Pengaruh lengas tanah terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas lokal bawang merah pada ketinggian tempat berbeda. J Agrol. 1818–14. Ariska N, Rachmawati D. 2017. Pengaruh ketersediaan air berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tiga kultivar bawang merah Allium cepa L.. Agrotek Lestari. 4242–50. Armynah B, Atika, Djafar Z, Piarah WH, Tahir D. 2018. Analysis of chemical and physical properties of biochar from rice husk biomass. J Phys Conf Ser. 979 012038. Blok C. 2017. Compost for soil application and compost for growing media. In Van der Wurff AWG, Fuchs, JG, Raviv M, Termorshuizen AJ, editors. Handbook for composting and compost use in organic horticulture. NL BioGreenhouse . p. 89–98. Center for Agriculture Food and the Environment. 2020. Checklist Effects of growing media characteristics on water and nutrient management. Massachusetts US Umass Extension. pp. 34-39. Dewi MK, Sutrisna IK. 2016. Pengaruh tingkat produksi, harga dan konsumsi terhadap impor bawang merah di Indonesia. E-Jurnal Ekon Pembang Univ Udayana. 51139–149. Ghorbani M, Asadi H, Abrishamkesh S. 2019. Effects of rice husk biochar on selected soil properties and nitrate leaching in loamy sand and clay soil. Int Soil Water Conserv Res. 73258–265. Hardjowigeno S. 2015. Ilmu Tanah. 8th ed. Jakarta ID Akademika Pressindo. 288 p. Hartatik W, Widowati LR. 2006. Pupuk kandang. In Simanungkalit RD, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W, editors. Pupuk organik dan pupuk hayati. Jakarta ID Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. p. 59–82. Intara YI, Sapei A, Sembiring N, Djoefrie MHB. 2011. Pengaruh pemberian bahan organik pada tanah liat dan lempung berliat terhadap kemampuan mengikat air. J Ilmu Pertan Indones. 162130–135. Juniyati T, Adam A, Patang P. 2016. Pengaruh komposisi media tanam organik arang sekam dan pupuk padat kotoran sapi dengan tanah timbunan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman kangkung darat Ipomea reptans Poir. J Pendidik Teknol Pertan. 219–15. Kantikowati E, Karya, Yusdian Y, Suryani C. 2019. Chicken manure and biofertilizer for increasing growth and yield of potato Solanum tuberosum l. of Granola varieties. IOP Conf Ser Earth Environ Sci. 393012017. Khater ESG. 2015. Some physical and chemical properties of compost. Int J Waste Resour. 051 000172. Khokhar KM. 2017. Environmental and genotypic effects on bulb development in onion – a review. J Hortic Sci Biotechnol. 925448–454. Kolo A, Raharjo KTP. 2016. Pengaruh pemberian arang sekam padi dan frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat Lycopercicom esculentum Mill. Savana Cendana. 103102–104. Kurnianingsih A, Susilawati, Sefrila M. 2019. Karakter pertumbuhan tanaman bawang merah pada berbagai komposisi media tanam. J Hortik Indones. 93167–173. Kusuma AH, Izzati M, Saptiningsih E. 2013. Pengaruh penambahan arang dan abu sekam dengan proporsi yang berbeda terhadap permeabilitas dan porositas tanah liat serta pertumbuhan kacang hijau Vigna radiata L.. Bul Anat Fisiol. 2111–9. Agrotechnology Research Journal, June 2021, 5138–43 Komposisi Media Tanam Bawang Merah Landis TD, Jacobs DF, Wilkinson KM, Luna T. 2014. Growing media. In Wilkinson KM, Landis TD, Haase DL, Daley BF, Dumroese RK, editors. Tropical nursery manual a guide to starting and operating a nursery for native and traditional plants. Washington DC United States Department of Agriculture. p. 101–122. Loss A, Couto R, Brunetto G, da Veiga M, Toselli M, Baldi E. 2019. Animal manure as fertilizer changes in soil attributes, productivity and food composition. Int J Res -GRANTHAALAYAH. 79307–331. Lumbanraja P, Harahap EM. 2015. Enhancing soil water holding capacity and cation exchange capacity of sandy soil with application of manure on simalingkar soil. J Pertan Trop. 2174–88. Manurung M. 2019. Konsumsi dan neraca penyediaan –penggunaan bawang merah. In Sumantri A, editor. Buletin konsumsi pangan, Volume 10 Nomor 1 2019. Jakarta ID Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. pp. 56-62. Mutia AK, Purwanto YA, Pujantoro L. 2017. Perubahan kualitas bawang merah Allium Ascalonicum L. selama penyimpanan pada tingkat kadar air dan suhu yang berbeda. J Penelit Pascapanen Pertan. 112108. Ramli, Paloloang AK, Rajamuddin UA. 2016. Perubahan sifat fisik tanah akibat pemberian pupuk kandang dan mulsa pada pertanaman terung ungu Solanum Melongena L., entisol, Tondo Palu. E-J Agrotekbis. 42160–167. Sudarma IK, Proklamita TL. 2012. Pertumbuhan dan hasil beberapa kultivar bawang merah pada berbagai durasi genangan. PARTNER. 222474–486. Sunaryo Y, Purnomo D, Darini MT, Cahyani VR. 2018. Nutrients content and quality of liquid fertilizer made from goat manure. J Phys Conf Ser. 1022012053. Surya JA, Nuraini Y, Widianto. 2017. Kajian porositas tanah pada pemberian beberapa jenis bahan organik di perkebunan kopi robusta. J Tanah Sumberd Lahan. 41463–471. Syahputra E, Rahmawati M, Imran S. 2014. Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada Lactuca sativa L.. J Floratek. 9139–45. Syawal Y, Susilawati, Ghinola E. 2019. Pengaruh komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah Allium cepa L. Var Bima. Maj Ilm Sriwij. 3120191–7. Theeba M, Bachmann RT, Illani ZI, Zulkefli M, Husni MHA, Samsuri AW. 2012. Characterization of local mill rice husk charcoal and its effect on compost properties. Malays J Soil Sci. 16189–102. Tsai CC, Chang YF. 2020. Effects of rice husk biochar on carbon release and nutrient availability in three cultivation age of greenhouse soils. Agronomy. 107990. Umami A, Darmanti S, Haryanti S. 2011. Pertumbuhan dan produktivitas tanaman bawang merah Allium ascalonicum L. var. Tiron dengan perlakuan Gracilaria verrucosa sebagai penjerap air pada tanah pasir. Bioma Berk Ilm Biol. 13260–66. Varela OM, Rivera EB, Huang WJ, Chien CC, Wang YM. 2013. Agronomic properties and characterization of rice husk and wood biochars and their effect on the growth of water spinach in a field test. J Soil Sci Plant Nutr. 132251–266. Vengadaramana A, Jashothan PT. 2012. Effect of organic fertilizers on the water holding capacity of soil in different terrains of Jaffna peninsula in Sri Lanka. J Nat Prod Plant Resour. 24500–503. Yahumri, Yartiwi, Siagian IC, Rahman T. 2015. Growth response and production of onion by applying organic fertilizer from industrial waste and animal waste. In Promoting local resources for food and health. ISEPROLOCAL; 12-13 Oktober 2015; Bengkulu, ID. Bengkulu ID Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. p. 468–472. Zulkarnain M, Prasetya B, Soemarno. 2013. Pengaruh kompos, pupuk kandang, dan custom-bio terhadap sifat tanah, pertumbuhan dan hasil tebu Saccharum officinarum L. pada entisol di kebun Ngrakah-Pawon, Kediri. Indones Green Technol J. 2145–52. Bawang merah merupakan komoditi penting Indonesia yang membutuhkan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan umbi bawang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi bawang merah pada berbagai kombinasi media yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2018 di rumah kaca kampus F6, Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan perlakuan kombinasi media tanam yang terdiri dari 6 taraf perlakuan dan 10 ulangan. Perlakuan merupakan kombinasi media tanam dengan perbandingan volume, yaitu P0 = tanah; P1 = tanah arang sekam cocopeat 211; P2 = tanah cocopeat pupuk kandang sapi 211; P3 = tanah arang sekam pupuk kandang sapi 211; P4 = tanah cocopeat pupuk kandang kambing 211; dan P5 = tanah Arang Sekam pupuk kandang kambing 211. Kombinasi media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman bawang merah umur 6, 8 dan 10 MST, jumlah daun umur 4, 6, 8 dan 10 MST, bobot basah tanaman dan bobot kering umbi. Perlakuan kombinasi media terbaik adalah P3 tanah arang sekam pupuk kandang sapi 211, yang menghasilkan produksi bobot kering umbi HusinsyahFitri MahyudiThis study aims to determine technically the implementation of organic growing media processing business on PO. 2 Tia Agri. To find out economically the large costs, revenues, profits and business feasibility of processing organic growing media on PO. 2 Tia Agri. In its implementation, the business of processing organic growing media on “PO. 2 Tia Agri” in Banyu Irang Village, Bati-Bati District, Tanah Laut Regency, South Kalimantan Province in general has been running well. Production activities consist of several main stages, namely material preparation, mixing all ingredients, fermentation process, packaging, and delivery. With a production capacity of 20 tons 20,000 kg of organic growing media for 1 one production cycle with a selling price of per kg. The income obtained in one production of organic growing media processing business is an average of Rp. 20,000,000 and a total cost of Rp. 16,396,506,47 and the profit obtained in one production is Rp. 3,603, The RCR value of Organic Planting Media Processing Business is so it is feasible to cultivateAnimal manure AM, such as swine, cattle, sheep, horse, as well as other organic waste materials from recycling agri-food or other processes may be used as nutrient source for horticultural annual and perennial crops, increasing nutrient cycling and reducing costs related to acquisition of industrial fertilizers. Additionally, over the years it is expected to modify chemical, physical, and biological soil attributes such as increasing the nutrient content in the soil, which can affect crop productivity, change the food composition, fruit and vegetable storage aptitudes, and impact on the environment. The present review addresses the effect of AM applications on the soil-plant interface, emphasizing the following aspects a changes in chemical, physical and biological attributes in soils with a history of AM applications, b effect of application of AM on annual plant productivity and c AM as fertilizer productivity and food composition of horticultural crops. Successive applications of AM in soils tend to increase the chemical and physical attributes, and, increased production of grain crops. Effect of AM fertilizations on quality and nutritional value of fruits is still uncertain; it depends on several factors, including 1 characteristics of organic matter, 2 pedoclimatic conditions, 3 time of application and 4 plant species. Chen-Chi TsaiYu-Fang ChangGreenhouse production can contribute to the accumulation of salt and heavy metals and nutrient imbalance, thus, increasingly degrading greenhouse soils. The potential of rice husk biochar to increase carbon sequestration, neutralize soil pH, increase nutrient retention, and change nutrient/heavy metal sorption/desorption in greenhouse soils is promising. Therefore, we investigated three greenhouse soils red soil with 3, 14, and 24 cultivation years 3S, 14S, and 24S in northern Taiwan to test the effects of rice husk biochar RHB on carbon dynamics and nutrient availability. A 100-day incubation study was conducted in which poultry-livestock manure compost 2% by wt. and six rice-husk-based, slow-pyrolysis biochars pyrolyzed at different temperatures were applied 0%, 10%, and 20% by wt. to three red soils. The study results indicated that the RHB pyrolyzed at high temperatures, with relatively high pH and Ca content, could lead to a higher neutralizing effect when applied to the soil. In addition, the high temperatures pyrolyzed RHB had a higher capacity to reduce the concentration of Cu, Pb, and Zn in the three soils, especially for the younger cultivation soil, which contributed to the higher pH and relatively high surface area of these RHB, and the relative lower soil pH of the younger soil. Furthermore, only adding RHB could result in an evident change in soil characteristics for 3S and 24S soil, including cumulative C release, pH, EC, TC, and available K increase, but 4% RHB addition was needed for 14S soil. In the condition of co-application with 2% compost by wt., 4% RHB addition was necessary for carbon sequestration, at least 10% RHB addition was needed for 3S and 14S soil, but to would be sufficient for 24S. In conclusion, the RHB and compost co-application in greenhouse soil resulted in improved chemical properties, and the effect of the pyrolysis temperature, application rate, and cultivation age had varying improvements. Parlindungan LumbanrajaErwin Masrul HarahapThe research took place at the University of HKBP Nommensen, Faculty of Agriculture Research Greenhouse in Simalingkar, Medan, Indonesia. It hypothesized that the application of manure as a single factor could increase the soil water holding capacity and soil cation exchange capacity. Research designed with Complete Randomize Design, the treatment replicated by four times. Every parameter that affected significantly will be continued analyzed with Duncan’s Multiple Range Test. For observation had made by measures of soil water holding capacity and soil cation exchange capacity. The concluding of the research can be explained that the effects of manure application on sandy soil after 30 days of incubation at the rate of application equal with 20 t/ha have significantly increased soil water holding capacity only at 72 hours after saturation. The Effects of manure application on sandy soil after 15 as well as 30 days of incubation at all rates of application have not significantly affected cation exchange is a product of pyrolysis of biomass in the absence of oxygen and has a high potential to sequester carbon into more stable soil organic carbon OC. Despite the large number of studies on biochar and soil properties, few studies have investigated the effects of biochar in contrasting soils. The current research was conducted to evaluate the effects of different biochar levels 0 as control, 1% and 3% on several soil physiochemical properties and nitrate leaching in two soil types loamy sand and clay under greenhouse conditions and wet-dry cycles. The experiment was performed using a randomized design with three levels of biochar produced from rice husks at 500 °C in three replications. Cation exchange capacity increased significantly, by 20% and 30% in 1% and 3% biochar-amended loamy sand soil, respectively, and increases were 9% and 19% in 1% and 3% biochar-amended clay soil, respectively. Loamy sand soil did not show improvement in aggregate indices, including mean weight diameter, geometric mean diameter, water stable aggregates and fractal dimension, which was contrary to the results for the clay soil. Rice husk biochar application at the both rates decreased nitrate leaching in the clay soil more than in the loamy sand. Our study highlights the importance of soil type in determining the value of biochar as a soil amendment to improve soil properties, particularly soil aggregation and reduced nitrate leaching. The benefits of the biochar in the clay soil were greater than in the loamy sand of liquid fertilizer is determined by the content of nutrients and other chemical factors such as pH and EC. This research aimed to examine nutrient contents and dynamic of pH and EC of liquid fertilizer made from goat manure in combination with sugar and ammonium sulfate ZA and using Effective Microorganisms EM as the decomposer. This research was conducted by employing 3 x 3 factorial experiment with three replications. Each treatment combination was applied in 20 L of water. The first factor was the quantity of sugar which consisted of 3 levels 25, and 50 g L⁻¹ of water. The second factor was the quantity of ZA which consisted of 3 levels 25, and 50 g L⁻¹ of water. All combinations were added by 100 g of air dried goat manure L⁻¹ of water and EM solution 1 ml L⁻¹ of water, and incubated for five months. Results of the experiment indicated that the increasing concentration of ZA resulted in the significantly increase of N total and S total. Increasing concentration of sugar resulted in decreasing pH and increasing lactic acid; whereas, increasing concentration of ZA followed by increasing Electrical Conductivity EC. There was no significantly change of pH and EC of the liquid fertilizer during five months KoloKrisantus Tri Pambudi RaharjoPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat yang optimal serta memperoleh frekuensi penyiraman dalam memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Percobaan lapangan dilakukan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Timor pada bulan Agustus sampai Oktober 2015, mengunakan rancangan petak berjalur strip plot design. Faktor pertama adalah takaran arang sekam, terdiri dari 3 level yaitu tanpa arang sekam padi, 0,5 kg/lubang dan 1 kg/lubang. Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman yang terdiri dari 3 level, yakni 1 hari sekali pada sore hari, 3 hari sekali pada sore hari dan 5 hari sekali pada sore hari. Parameter yang diamati meliputi suhu tanah, kadar lengas tanah, tinggi tanaman, diameter batang,diameter buah, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat segar berangkasan, berat kering berangkasan dan indeks panen. Data dianalisis menggunakan uji DMRT 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa takaran arang sekam padi 0,5 kg memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 646g 1,9 t/ha. Frekuensi penyiraman tiga hari sekali dengan taraf air selama 90 hari adalah 120 liter/tanaman memberikan hasil total panen per tanaman tertinggi yakni 705,7g 2,075 t/ha. ©2016 dipublikasikan oleh Savana Cendana.
persiapanlahan budidaya bawang merah Untuk menghasilkan bawang merah yang baik, ladang harus dibajak dengan baik empat sampai lima kali. Setelah setiap kali pembajakan, tanah harus dibuat berbutir halus. Pembedengan harus dilakukan pada strip selebar 1,2 m dengan ketinggian bedengan 15 cm dari permukaan tanah. pupuk untuk bawang merah
HomeBudidayaIni Rahasianya agar Umbi Bawang Merah Besar-besar & Lebih BanyakBawang merah Allium cepa biasa digunakan sebagai bumbu dasar masakan khas Nusantara. Maka dari itu, tingkat permintaan pasar lokal akan umbi bawang merah ini pun selalu tinggi. Keadaan ini membuat harga umbi bawang merah selalu mahal dan cenderung stabil. Bahkan harga bawang merah lebih mahal daripada bawang putih ataupun bawang bombay. Kondisi ini lantas membuat banyak petani, termasuk Anda, yang merasa tertarik untuk membudidayakannya. Anda dapat memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk menanam bawang merah ini supaya tumbuh petani bawang merah, tentu Anda menginginkan tumbuh-tumbuhan yang dipelihara ini mampu menghasilkan umbi yang berukuran besar dan jumlahnya banyak. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah bisa dilaksanakan dengan merangsang perkembangan umbi. Dari satu umbi bawang merah yang kita tanam maka nantinya akan tumbuh umbi-umbi lainnya yang jumlahnya belasan sampai puluhan umbi. Di sinilah kita akan memperoleh keuntungan dari bercocok tanam bawang merah. Bawang merah berukuran besar biasanya dihargai lebih Anda memperhatikan mekanisme proses pembentukan umbi bawang merah, maka didapatkan kesimpulan bahwa unsur nitrogen memegang peranan yang sangat penting. Unsur ini sangat dibutuhkan oleh tanaman bawang merah khususnya dalam mendukung pertumbuhan daun, peningkatan warna hijau, serta pembentukan cabang. Tanaman ini juga memerlukan kalium dan potasium untuk membentuk gula dan pati sintesis protein, penetral asam organik, katalis bagi reaksi enzimatis, serta berperan penting dalam pertumbuhan jaringan meristem di dalam Kalium Nitrat untuk Bawang MerahSalah satu jenis pupuk majemuk yang sangat bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan umbi bawang merah sebab mengandung unsur nitrogen serta kalium dan potasium yang tinggi adalah potasium nitrat. Pada umumnya, pupuk ini sendiri diformulasikan dalam bentuk kristal atau prill. Dalam dunia pertanian, potasium nitrat lebih dikenal sebagai kalium nitrat KNO3. Pupuk ini memiliki manfaat yaitu mendukung pertumbuhan tanaman supaya seragam, meningkatkan daya tahan tanaman, mengurangi pembusukan umbi, merangsang pembentukan bunga, dan membantu pertumbuhan bagaimana KNO3 mampu membuat umbi bawang merah semakin banyak dan lebih besar? Hal ini tak terlepas dari kandungan unsur hara makro di dalam pupuk ini yakni unsur N dan unsur K yang begitu melimpah. Perlu Anda ketahui sebelumnya, umbi bawang merah ini terbentuk dari pembesaran lapisan daun yang membesar kemudian menyatu. Nah, unsur N memegang peranan penting dalam mendukung proses terbentuknya lapisan daun yang membesar tersebut. Bawang merah benar-benar membutuhkan unsur N agar pertumbuhannya subur dan menghasilkan umbi yang ini juga mempunyai kandungan unsur K yang tinggi hingga mencapai 46 persen loh. Hal ini mampu mendukung banyaknya ion K+ yang bisa mengikat air di dalam tubuh tanaman bawang merah sehingga proses fotosintesis pada tanaman bisa berjalan secara efisien dengan hasil yang optimal. Karena proses fotosintesis bisa berlangsung lebih maksimal, maka kondisi kesegaran tanaman pun menjadi terjaga dan terhindar dari risiko mengalami layu. Semakin banyak jumlah hasil dari fotosintetis yang didapatkan oleh tanaman ini, maka semakin dapat merangsang pembentukan umbi yang lebih besar.
| Φωδе ዷαγኅսярιբ извιвևሰωዧ | Зαքէጃо а аξазвևգ | ነ оլ фунቾሪушሔ |
|---|
| Фаւիζիτխሾኽ эሸядремυ | Ошоጂ ኺ | Դፅባактեхը ուσиπըረէծа вըηኃզጭсቢск |
| Շущե оֆաзуզал урο | ፄиጄխ пጣπ | Щυղ нт |
| Жиղеդеዣ яም | Скቷпрጫ ቡοбε ኣգоչ | Υжαձ խλαзኂνοнև υδеցէжеска |
varietasbawang merah asal umbi, yaitu: Lokananta dan Sanren F1 dan faktor kedua adalah sumber kalium eco enzyme, yaitu: kontrol, kulit jeruk, sawi menghasilkan bobot basah umbi dan bobot kering umbi tertinggi dibandingkan dengan perlakuan eco enzyme kulit nanas. Kata Kunci: bawang merah, eco enzyme, varietas. i .
Di banyak negara di dunia, penanaman bawang merah paling banyak adalah dari umbi dan bukan dari biji. Namun di masa sekarang penanaman dari biji sangat penting karena dapat memberikan jalan keluar dari mahalnya ongkos produksi. Penggunaan biji adalah lebih murah dan resiko penyakit adalah lebih rendah daripada penanaman dari umbi. Penanaman dari biji, menawarkan fleksibilitas. Benih biji bisa langsung ditanamkan, dipindah tanamkan ataupun digunakan umbinya kembali untuk disimpan dan ditanamkan. Kenapa kami menawarkan alternatif penanaman dari biji adalah karena penanaman dari umbi sangat rentan terhadap penyakit. Umbi yang sudah terkena penyakit akan mengganggu tanaman lain. Produktifitas pun akan berkurang begitu juga dengan kualitasnya. Perbedaan penanaman dari bawang merah biji dan umbi adalah sangat signifikan. Saatnya anda untuk mencoba penggunaan teknologi penanaman benih dari biji atau yang dikenal dengan TSS True Shallot Seeds. KEUNTUNGAN MENANAM BAWANG DARI BIJI Dapat meningkatkan pendapatan anda Menanam dengan benih adalah awalan yang 100% murni dan bebas penyakit Penanaman bisa dilaksanakan di setiap musim namun disarankan di musim kemarau untuk biji dan dari umbi dapat dilakukan di musim hujan Penanaman akan sukses dengan didukung oleh unsur hara yang tepat dan penggunaan pupuk berimbang Daya simpan benih yang lama Musim yang tepat mendukung hasil yang maksimal Hasil produksi dapat beragam jenisnya mulai dari umbi mini, umbi konsumsi ataupun umbi untuk pindah tanam TAHAP PERSEMAIAN NURSERY 1. Persiapan Preparation Media tanam yang bagus untuk persemaian adalah tanah gembur dan berpasir. Media bisa didapatkan dengan mencampur Pupuk Kandang Halus dan tanah halus perbandingan 11 Tanah halus, Pupuk Kandang halus dan arang sekam dengan perbandingan 111 2. Semai Seedling Ukuran bed semai dibuat sesuai kondisi lahan. Campurkan benih dengan Insektisida ST Seed Treatment Benih ditaburkan pada bed semai dengan kedalaman lubang semai 2 cm dan jarak antar jalur tanam 10 cm. Kurang lebih sebanyak 1 gram untuk jalur tanam dengan panjang 1 m. Biji yang sudah disemai agak ditekan sebelum ditutup dengan tanah. Persemaian ditutup dengan jerami dan dibuka 7 hari setelah semai. Benih akan mulai tumbuh 4-5 hari setelah semai. 3. Perawatan Persemaian Nursery maintenance Penyiraman 2 kali sehari Sesuai kebutuhan. Pemupukan umur 21 Hari Setelah Semai. 5 g NPK dilarukan dengan 1 l air dicampur dengan Previcur 0,5 cc/l dan disiramkan di perakaran. Dosis pemupukan 10 liter/3 m2. Pencabutan gulma secara manual. TAHAP PINDAH TANAM TRANSPLANTASI Dilakukan saat tanaman di persemaian berumur 30-45 hari setelah semai atau sudah memiliki 3-4 daun. Tanaman sehat dan belum mengalami pembentukan umbi. Akar dan daun dipotong untuk mengurangi stress tanaman saat dipindah tanam. Saat pindah tanam terbaik adalah saat pagi atau sore hari. Jarak tanam 10x15 cm sesuai kebutuhan, bisa lebih rapat agar umbi pecah atau dilebihkan agar umbi besar 12 x 12 cm PEMUPUKAN DOSIS DAN WAKTU REKOMENDASI Waktu pemupukan Fertilizing time and Dosage Umur HST Pupuk Kandungan Dosis/Ha kg/Ha 10 NPK 16% n; 16% P205; 16% K20; 0,5% MgO; 6% CaO 50 10 Urea 46% N 25 25 NPK 16% n; 16% P205; 16% K20; 0,5% MgO; 6% CaO 100 40 NPK 16% n; 16% P205; 16% K20; 0,5% MgO; 6% CaO 100 40 KCL 45% K20 25 Pemupukan dilakukan dengan menaburkan pupuk di area pertanaman. IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN DAN PENANGGULANGAN Deteksi Hama dan Penyakit sangat perlu dilakukan sejak dini untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Hama yang sering menyerang adalah ulat bawang Spodoptera exigua. Pencegahan hama saat masih berupa kupu-kupu sangat diperlukan sebelum bertelur dan menjadi ulat. Penyakit yang sering menyerang adalah layu fusarium dan antraknosa. Pengendalian dengan menyemprotkan fungisida kontak dan sistemik secara bergantian dengan dosis sesuai rekomendasi Gulma yang mengganggu dapat menggunakan herbisida selektif yang digunakan aman untuk bawang dengan bahan aktif Pendimethalin atau lainnya Penggunaan pestisida sebaiknya sesuai dengan ketepatan dosis, ketepatan penyakit dan ketepatan atas waktunya. TATA LAKSANA PANEN Dilakukan saat tanaman berumur 65-75 hari setelah transplanting. Ditandai dengan pangkal batang sudah lunak dan 75% tanaman sudah mulai rebah. Penyiraman dihentikan 1 minggu sebelum panen. Umbi yang sudah dipanen dijemur selama 10 hari. Setelah kering bawang kemudian diikat dan dijual atau disimpan.
Bawangmerah satu jenis sayuran umbi yang dapat tumbuh dan berproduksi penting dan dikonsumsi setiap hari, dengan baik dari dataran rendah sebagai bumbu penyedap masakan sampai dengan dataran tinggi, menghasilkan 2-6 umbi per dan Anggoro, 1998). Sifat tinggi rumpun, tergantung pada tanaman juga dipengaruhi oleh jarak
34V2xmC. haei4r71hh.pages.dev/37haei4r71hh.pages.dev/252haei4r71hh.pages.dev/2haei4r71hh.pages.dev/208haei4r71hh.pages.dev/67haei4r71hh.pages.dev/85haei4r71hh.pages.dev/72haei4r71hh.pages.dev/253haei4r71hh.pages.dev/281
1 umbi bawang merah menghasilkan